Lou akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa mendapatkan rekaman video yang "bombastis" agar diterima oleh news director-nya dan sesuai dengan konsep framingnya tadi.
Lou pada beberapa scene peliputannya juga memanipulasi tempat kejadian agar dia bisa mendapatkan gambaran yang lebih dramatis dan 'mengerikan'.Â
Hal ini bisa ia lakukan karena ia berhasil datang lebih dahulu ke TKP daripada polisi tadi, berkat bantuan alat police scanner-nya. Dengan rekaman-rekaman itu, headline berita dari KWLA TV yang mengambil video dari Lou menjadi perhatian publik.
Sebagaimana diketahui Lou ini sangat ambisius, dia melakukan berbagai cara untuk melawan persaingan. Pada beberapa scene akan terlihat "sisi curang" dari seoang Lou. ~tonton sendiri aja ya bagiannya!
Kekerasan dalam Media
Kekerasan dalam media yang ditayangkan dalam film ini, sejauh pengamatan saya adalah kekerasan dokumen. Kekerasan dokumen adalah penampilan gambar kekerasan yang dipahami pemirsa atau pembaca dengan mata telanjang sebagai dokumentasi atau rekaman fakta kekerasan(Haryatmoko, 128:2007).Â
Kekerasan dalam media massa bisa dipresentasikan melalui isinya, misalnya tindakan pembunuhan, pertengakaran, tembakan, dsb. Bisa juga dengan situasi, seperti konflik, luka, tangisan, dsb., yang melalui itu dapat membangkitkan dan mengundangkan berbagai simpati dari publik.
Dalam Nightcrawler, Lou sebagai jurnalis video cenderung meliput kejadian yang menampilkan korban-korban akibat kekerasan, yang masih terdapat darah-darah, atau sekarat.Â
Jenis kekerasan seperti ini tidak selamanya berarti negatif, dengan begitu dapat menarik simpati khalayak terhadap penderitaan korban, dan menjadi lebih hati-hati, karena jika masyarakat atau khalayak menonton berita dengan seksama, akan terlihat jelas bahwa kekerasan dan bahaya kriminal itu ada disekitarnya.
Media saat ini, seperti yang ditayangkan dalam Nightcrawler, tidak hanya sebagai peliput dan pemberi informasi terkait korban-korban kekerasan, ataupun meliput pengadilan pelakunya.Â