Sayangnya, anak muda kita masih gemar dengan produk hiburan luar negeri. Saya juga tak menampik bahwa saya gemar mendengar musik maupun film berbahasa asing.Â
Alasannya ya satu, lebih menarik. Terlebih, akses untuk menonton dan mendengar juga mudah. Tinggal klik, swipe, klik lagi...
Ditambah, Industri hiburan kreatif kita masih didominasi dengan hal-hal berbau skandal dan sensasi.
Misal : Cekcok artis A dengan B
Ataukah mungkin cancel culture harus lebih digiatkan lagi di Indonesia. Saya rasa tidak bisa, apalagi karakter orang Indonesia itu pemaaf. Belum lagi narasi mematikan rejeki orang.Â
Akhir kata, dari K-wave kita belajar bahwa untuk mencapai suatu tujuan dibutuhkan dukungan berbagai pihak. Media hiburan Korea Selatan yang mendukung dengan berbagai acara, pemerintah dengan menjadikan dunia hiburan sebagai promosi pariwisata, dan masyarakatnya yang mencintai produk dalam negeri. Sampai terkadang orang baru non-Korea di dunia hiburan sana sulit untuk diterima di industri.Â
*Catatan
SDGF : Street Dance Girl Fighter
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H