Mohon tunggu...
Susan
Susan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar berekspresi lewat opini

Selamat datang dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dari K-Wave Kita Belajar

12 Februari 2022   19:00 Diperbarui: 24 Juli 2022   07:22 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Daniel Bernard on Unsplash   

Bahasan Industri hiburan Korea Selatan memang tidak ada habisnya. Mulai dari K-Pop, K-Drama, bahkan baru-baru ini muncul istilah baru K-Zombie untuk menyebut film dan drama Korea Selatan tentang dunia per-zombie-an. 

Dunia hiburan Korea Selatan dapat dikatakan cukup berhasil menggaet penggemar luar negeri. Tak heran, agensi hiburan negeri ginseng itu mulai menargetkan mancanegara sebagai pasar baru. 

Hebatnya mereka mampu meningkatkan konsep beriringan dengan teknologi. Salah satu contohnya yaitu Aespa, girlgroup dengan konsep avatar. Apalagi metaverse sedang hangat-hangatnya diperbincangkan, jadi banyak perusahaan industri hiburan yang juga turut serta meramaikan dunia digital. 

Satu hal utama yang patut dikagumi dari hiburan Korea Selatan yaitu cara mereka memasarkan diri, konten, hingga karya. Saya rasa personal branding juga sangat berlaku di dunia hiburan Korea. 

Saya ingat di salah satu kolom komentar sosial media, sebagai K-popers banyak netizen yang menganggap bahwa image Idol di layar kaca merupakan bagian dari branding alias bentukan agensi semata. 

Ada yang kelihatan cool, human vitamin, lemah lembut, dan karakter baik lainnya. Idol harus menjaga citranya sebaik mungkin di depan penggemar. Salah-salah, kena cancel culture deh. 

Salutnya lagi, mereka mampu membangkitkan industri lain yang secara otomatis tidak dianggap sebelah mata, yaitu dunia tari. 

Beberapa bulan lalu ramai survival show Street Woman Fighter (SWF). Seakan tak ingin menyiakan euforianya, rentetan acara dengan peserta yang sama (SWF) dibuat oleh stasiun TV. Sebut saja SDGF*, We don't Bite : SWF, dan konser SWF. 

Konsep acara mereka tidak jauh berbeda, yaitu untuk menjual kepribadian. Asumsi saya, bedanya branding peserta SWF dengan calon Idol yaitu mereka lebih bebas menjadi diri sendiri. Saya rasa hal itu yang saat ini lebih disukai penggemar. 

Hasilnya, dunia tari  khususnya di industri hiburan Korea Selatan mulai dikenal sebagai kumpulan orang berbakat, kreatif, dan tentu saja memiliki kepribadian menarik. 

Lalu, bisakah Indonesia meniru mereka? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun