Pemeriksaan rasio albumin-kreatinin urine sewaktu (ACR) :
Untuk mendeteksi mikroalbuminuria, dapat dilakukan dengan pemeriksaan albumin urine kuantitatif, dengan bahan pemeriksaan berupa urine (air kencing). Untuk pemeriksaan ini diperlukan urine yang ditampung selama 24 jam, atau bila tidak memungkinkan dapat digunakan urine yang ditampung dalam selang waktu tertentu (misalnya 4 jam atau semalam) atau urine yang diambil sewaktu (namun hasil pemeriksaan harus dikoreksi terhadap nilai kreatinin).
Hasil pemeriksaan albumin urin kuantitatif dapat dikategorikan normal, mikroalbuminuria atau albuminuria (=makroalbuminuria) sesuai dengan kriteri berikut ini :
- Dikatakan normal apabila Urine 24 jam (mg/24 jam) < 30, Urine dalam waktu tertentu (mg/menit) < 20, urine sewaktu (mg/mg kreatinin) < 30
- Dikatakan Mikroalbuminura apabila Urine 24 jam (mg/24 jam) 30-299, Urine dalam waktu tertentu (mg/menit) 20-199, Urine sewaktu (mg/mg kreatinin) 30-299
- Dikatakan Makroalbuminuria apabila Urine lebih besar atau sama dengan 300, Urine dalam waktu tertentu (mg/menit) lebih besar atau sama dengan 200, Urine sewaktu (mg/mg kreatinin) lebih besar atau sama dengan 300.
Manfaat pemeriksaan Albumin Urin Kunatitatif : Untuk memeriksa adanya albumin dalam urin yang merupakan tanda kerusakan ginjal.
☑ Sampel dari darah : Cystatin-C.
Kerusakan ginjal sering terjadi secara perlahan tanpa disertai gejala yang jelas. Akibatnya, banyak orang tidak menyadari bahwa fungsi ginjal mereka telah menurun hingga mencapai tahap serius, yang memerlukan penanganan seperti cuci darah atau bahkan transplantasi ginjal.
Salah satu metode deteksi dini penurunan fungsi ginjal adalah dengan pemeriksaan Cystatin C. Pemeriksaan ini menggunakan sampel darah untuk mengukur estimasi laju filtrasi glomerulus (eLFG). Glomerulus adalah unit penyaring ginjal yang bertanggung jawab untuk menyaring darah. Nilai eLFG mencerminkan seberapa baik ginjal menjalankan fungsi penyaringannya. Ketika kadar Cystatin C dalam darah meningkat, itu berarti eLFG menurun, yang menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Jika kondisi ini berlangsung lebih dari enam bulan, maka disebut sebagai penyakit ginjal kronik.
Mengapa Cystatin C Lebih Unggul dari pada Kreatinin?
Selama bertahun-tahun, kreatinin telah menjadi standar penilaian fungsi ginjal. Namun, kreatinin memiliki beberapa keterbatasan sebagai indikator dini penurunan fungsi ginjal. Salah satu kelemahan utamanya adalah ketidakmampuan kreatinin untuk mendeteksi penurunan fungsi ginjal pada tahap awal. Penelitian menunjukkan bahwa hingga 50% fungsi ginjal dapat hilang sebelum kadar kreatinin dalam darah mulai meningkat secara signifikan.
Di sisi lain, Cystatin C menawarkan beberapa keunggulan yang membuatnya menjadi prediktor fungsi ginjal yang lebih baik. Cystatin C adalah protein yang diproduksi oleh semua sel tubuh dan disaring oleh ginjal. Karena tingkat produksi Cystatin C relatif stabil dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti massa otot atau diet, maka peningkatan kadar Cystatin C dalam darah dapat memberikan indikasi penurunan fungsi ginjal lebih awal dibandingkan dengan kreatinin. Ini menjadikan Cystatin C lebih sensitif dan akurat dalam mendeteksi penurunan fungsi ginjal, terutama pada tahap awal.
Cystatin C
•Kadar cystatin C dalam darah tidak dipengaruhi oleh ras, jenis kelamin, berat badan, dan usia.
•Pemeriksaan cystatin C digunakan untuk mengetahui estimasi laju filtrasi glomerulus (eGFR).
•Cystatin C dikatakan normal apabila kadarnya ada di antara 0,6 sampai 1,3 miligram per desiliter atau mg/dL.
Manfaat pemeriksaan Cystatin C : Kadar cystatin C yang tinggi dapat menunjukkan penurunan GFR dan disfungsi ginjal. Cystatin C juga dapat menjadi penanda dini kerusakan ginjal tahap awal.
8 Jurus Jitu Menjaga Kesehatan Ginjal :
1. Tetap aktif beraktivitas
2. Periksa Kadar Gula Darah secara teratur
3. Periksa tekanan Darah dan Profile lemak secara berkala