udara berselimut debu sejarah
mengendap di lipatan paru
organ-organ lemahku terjebakÂ
di antara derap waktuÂ
gemetar, napasku meledak jadiÂ
batuk-batuk kecil
dalam rongga dada,
kusaring udaraku sendiri
di luar telah gelap pekat
hidup kita dijajah kabut
sungguh sial aku berada di antara reruntuhan
sawah, di bawah langit tak lagi biru
terhimpit apartemen-apartemen menjulang
untuk merajut jurang antara hidup dan delusi
semoga aku bisa menyelinap di sela kuasa
tulis nasib dengan tanganku sendiri
menghidu aroma basahÂ
mawar dan kembang sepatu
sambil kuhirup udara dari selang oksigen terakhirku.
2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H