Mohon tunggu...
Novita Dina
Novita Dina Mohon Tunggu... Aktor - Penulis

Menyukai buku dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Pundak Langit Desa

6 Desember 2024   19:15 Diperbarui: 6 Desember 2024   19:32 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

di rahim kampung, ibu menganyam awan dari puing-puing hujan

mengait angin yang melingkar di bilik waktu

dari fajar yang berdenyut lemah

hingga senja yang rebah di pangkuan malam

ibu menabur benih rindu di tanah yang pecah

berharap kelopak-kelopak harapan membungkus hari yang sunyi

sementara di serambi rumah yang renta

dinding-dinding bertutur tentang jiwa yang menguap

bersama asap tungku

berharap musim tak lagi alpha membawa pulang anak-anak yang

tersesat di sudut kota

di pundak langit desa, derai tawa lebih abadi dari emas dan takhta

sebab di pelukan ibu setiap keringat yang jatuh dari langit

menjadi doa yang diam-diam meretas nasib.

Sukabumi, 23 September 2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun