di rahim kampung, ibu menganyam awan dari puing-puing hujan
mengait angin yang melingkar di bilik waktu
dari fajar yang berdenyut lemah
hingga senja yang rebah di pangkuan malam
ibu menabur benih rindu di tanah yang pecah
berharap kelopak-kelopak harapan membungkus hari yang sunyi
sementara di serambi rumah yang renta
dinding-dinding bertutur tentang jiwa yang menguap
bersama asap tungku
berharap musim tak lagi alpha membawa pulang anak-anak yang
tersesat di sudut kota
di pundak langit desa, derai tawa lebih abadi dari emas dan takhta
sebab di pelukan ibu setiap keringat yang jatuh dari langit
menjadi doa yang diam-diam meretas nasib.
Sukabumi, 23 September 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI