Mohon tunggu...
Novita Nuzwar
Novita Nuzwar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Potensi Risiko dalam Penggunaan Jasa Transportasi Online

1 Desember 2018   22:59 Diperbarui: 1 Desember 2018   23:25 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup di kota di era sekarang ini, tanpa disadari kita jadi memiliki ketergantungan baru dengan layanan aplikasi seperti Gojek atau Grab. Di keluarga kami saja, tiada hari yang terlewatkan tanpa menggunakan layanan aplikasi tersebut.

Layanan yang paling sering kami gunakan ialah untuk transportasi, baik dengan motor maupun mobil. Mulai dari berangkat atau pulang kantor, antar dan jemput anak sekolah sampai memesankan orang tua kendaraan untuk urusan acara keluarga, pengajian atau ke undangan, semua beres. Tak perlu lagi kami menggaji supir.

Namun satu hal yang sering mengganggu dalam pengalaman menggunakan layanan transportasi online ialah, bila mendapati data pengemudi yang kita pesan di aplikasi tidak sesuai dengan kenyataannya. Sering terjadi bila nomor dan jenis kendaraan baik motor atau mobil yang datang tidak sesuai dengan data di aplikasi. Lebih mengkhawatirkan lagi bahkan bila pengemudinyapun berbeda. Orang tak dikenal dalam arti yang tertera di aplikasi.

Bila hal ini terjadi biasanya saya mengadukan masalah ini langsung ke pihak customer care aplikator. Tidak pernah saya membuat catatan buruk di halaman rating pengemudi. Saya sadar scorerating itu nanti akan berdampak pada insentif dan fasilitas pengemudi. Ada rasa tidak tega untuk memberikan rating buruk. Lagipula masalah ini terjadi juga karena ada celah di sistem Gojek atau Grab.

Selama ini jawaban pihak aplikator menaggapi keluhan saya pada intinya ialah akan melakukan tindak lanjut menegur dan memberi sangsi kepada pengemudi bersangkutan. Tidak jelas sangsi apa yang diberikan. Namun saya anggap sangsinya tidak efektif, karena tidak menimbulkan efek jera. Terbukti hal tersebut tidak menghentikan atau bahkan mengurangi kasus sama terjadi lagi.

Bagi orang lain kasus seperti ini mungkin tidak dianggap masalah. Selama mereka terlayani sampai ke tujuan dengan selamat, maka perkara ketidaksesuaian data bisa diabaikan. Namun apakai kita juga abai dengan berbagai kasus kejahatan dan pelecehan seksual yang terjadi selama menggunakan jasa transportasi online?  Bagaimana pertanggungjawaban perusahaan aplikator atas pelanggaran yang dilakukan oleh pengemudi yang kenyataannya bukan mitranya? Bagaimana sampai terjadi kecelakaan dikarenakan kendaraan yang digunakan bukanlah yang terdaftar, namun kendaraan pengganti yang tidak layak jalan?

Screening saya akan lebih ketat bila saya memesankan kendaraan untuk anak atau orangtua. Saya pastikan dulu data kendaraan dan pengemudi sesuai datau saya batalkan.

Risiko yang sama sebenarnya juga ada pada pengemudi, bila pelanggan yang memesan bukan yang sesuai datanya dengan di aplikasi. Untuk itu ada baiknya juga dalam halaman pemesanan bila dilakukan untuk orang lain, dibuatkan kolom atau tickmark keterangan tambahan. Hal ini untuk memastikan pengguna layanan terdaftar, bertanggung jawab atas pemesanan ini dengan mencatumkan pernyataan bahwa orang lain yang menggunakan akunnya itu sebagai keluarga atau temannya.

Pelanggaran ini secara cerita besarnya sebenanya bisa membawa pihak Gojek atau Grab pada pelanggaran penyalahgunaan data mitra dan pelanggan. Kedua perusahaan aplikator ini belum memiliki cara yang bisa mencegah pengunaan akun baik pengemudi atau pengguna jasa, oleh orang lain yang tidak berhak.

Bayangkan seseorang yang kita tidak tahu kapabilitas dan niatnya bisa mencatat dan mengumpulkan data nama, alamat, nomor handphone, email kita dan entah apa lagi data profil yang  terbuka di aplikasi. 

Dia bahkan bisa tahu kondisi rumah dan lokasi tempat kerja atau lainnya. Permasalahannya mereka pengguna akun gelap ini tidak memikili perjanjian dan komitemen apapun dengan pihak perusahaan aplikator, yang secara hukum mungkin jadi ribet urusannya bila tersangkut masalah pidana. Sejauh mana pertanggung jawaban si pemilik akun asli bila terjadi kasus? Mungkin risiko ini tidak pernah disadarinya dan dipikirkan.

Bagi perusahaan aplikasi tentu mereka juga tidak menginginkan kebijakan insentifnya di abuse oleh tindakan penyalahgunaan akun. Hubungan kemitraan jadi bias, bila dari satu akun ternyata bisa dipakai oleh beberapa orang dilapangan. Pertanyaan saya, mengapa seseorang harus menggunakan akun orang lain bila ia bisa memilikinya sendiri.

Untuk pengguna layanan Gojek atau Grab seperti saya misalnya. Seringkali akun saya digunakan untuk kepentingan pemesanan transportasi anak dan orang tua, karena mereka belum bisa memiliki email atau no handphone atau tidak trampil menggunakannya.

Lain halnya untuk pengemudi. Bila ia harus menggunakan akun orang lain, kuat kemungkinannya bahwa ia sendiri tidak memiliki atau lolos kualifikasi untuk menjadi mitra. Penting diidentifikasi juga bagi perusahaan aplikator, bahwa mitra nakal yang mensewakan atau menjual akunnya merupakan mitra yang berbahaya. 

Alasannya karena ia mempertaruhkan risiko bukan saja kondisi kendaraannya, tapi juga keselamatan pengguna jasa dan status rating-nya, untuk keuntungan uang semata. Wajar bila perlu diambil sangsi keras untuk ini, seperti pemutusan kemitraan.

Adakah upaya yang bisa dilakukan perusahaan aplikator sebagai tindakan preventif dan korektif untuk kasus ini? Harusnya ada. Teknologi password saat ini sudah semakin canggih. 

Penggunaan password biometri untuk memastikan bahwa pengguna akun merupakan orang yang datanya terdaftar bisa menjadi opsi. Finger print dan face recognation password untuk akses ke aplikasi pengemudi setiap siklus waktu tertentu, pastinya bisa mencegah transaksi ilegal akun.   

Semoga masalah akurasi data secara operasional ini bisa menjadi perhatian perusahaan aplikator. Potensi risiko lebih besar saya yakin akan dialami bila mereka abai. Kasus yang saya angkat baru seputar jasa transportasi online. 

Padahal seperti Gojek, mereka memiliki jasa lain seperti Go-Massage, Go-Clean, Go-Auto, Go Glam dll yang melibatkan mitra. Pertanyaannya sebagai pengguna apakah Anda tetap mau membuka pintu bila ternyata orang yang hadir bukan yang profilnya muncul di aplikasi Anda?  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun