Â
Kita sebagai masyarakat harus sadar bahwa transisi energi bukanlah sebatas meninggalkan energi fosil ke nonfosil, karena menurut data yang ada hingga 2050, porsi migas masih berkisar 30-40 persen. Ini menunjukkan bahwa migas sendiri merupakan bagian dari transisi energi.Â
Â
Yup, energi fosil, migas dan juga energi terbarukan akan berjalan bersama dalam transisi energi. Artinya, tak sekadar menggantikan, tetapi juga melengkapi. Dalam masa ini, energy security (keamanan energi) tetap nomor satu karena tidak mungkin meninggalkan energi fosil, tetapi kebutuhan tak terpenuhi. Makanya nih, peningkatan produksi migas amat diperlukan.
Â
Nanang Untung, Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Integrasi, Koordinasi dan Interface Migas, mengungkapkan kebutuhan yang cukup fundamental terhadap upaya pemanfaatan potensi migas dalam negeri adalah keberadaan investor yang memiliki sumber daya pendanaan maupun teknologi untuk mencari potensi migas.
Â
"Kita masih sangat butuh investor. Energy transition kita maksimalkan, nggak mungkin kita hidup tanpa fosil sampai nanti suatu saat full dipenuhi, baterai masih mahal dan kita masih tergantung sama cuaca sampai ada teknologi itu mungkin kita masih butuh fosil. Prediksi semua pihak masih ada peran fossil fuel sampai 2050", ungkap Nanang.
Â
Yang perlu digaris bawahi, migas dibutuhkan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sektor transportasi saja. Tapi juga banyak sektor lain yang sangat membutuhkan hulu migas. Yup, contohnya industri petrokimia di mana bahan bakunya adalah migas.