Pena ku awalnya menari di atas kertas dengan penasaran siapa pemilik bintang Enam Desember
Pena ku berubah memiliki makna dalam sebuah syairÂ
Pena ku semakin laju berkisah tentangnya tak henti meski tinta menipis bak bensi dalam Tengki bocorÂ
Pernah tersentak pada ucapannya
Pernah tersentuh pada ceritanya
Pernah terkagum-kagum pada diamnya
Dan satu lagi sangat salut pada tegasnya
Jiwa nya memang tak banyak bicara siapa dia
Namun jejak kaki dan tangan nya tertera diluasnya daratan, dalamnya lautan , dan diudara
Dengan tersenyum ku berucap dia " Â Bintang yang terlahir di Enam Desember"
Tinta dalam pena ku kian tetesannya menipis, kertas putih terbatas berubah warna kelam
Namun ada satu tempat untuk ku terus berkisah tentang nya ya benar tempat itu bernama "Langit"
Musim berganti warna langit berubah-ubah tapi Bintang selalu ada pada tempat nya terlahir, seperti bulan dan matahari yang tak akan berubah posisi
Karena itu aku memilih untuk tetap menulis kisah tentang nya di Langit dimana Bintang terlahir disana. (DL)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H