Mohon tunggu...
Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Mohon Tunggu... Guru - Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Politisasi di Balik Hari Kebangkitan Nasional

20 Mei 2023   16:00 Diperbarui: 20 Mei 2023   16:03 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hari Kebangkitan Nasional/Harkitnas (sumber: biofarmaka.ipb.ac.id)

Dapat disampaikan, bahwa kini telah banyak wacana kritis mengenai kisah kontroversi dibalik Hari Kebangkitan Nasional. Penetapan tanggal 20 Mei, memang berdasarkan pada tanggal berdirinya salah satu organisasi pergerakan nasional. Yakni Budi Utomo, sebuah organisasi besutan Dr. Sutomo, yang dianggap cikal bakal lahirnya organisasi gerakan nasional lainnya.

Organisasi yang lahir pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta ini dianggap sebagai motor gerakan yang secara luas mempengaruhi kehidupan politik Hindia Belanda kala itu. Namun, apakah pendapat tersebut benar adanya? Sejarah Indonesia justru mencatat adanya organisasi yang usianya lebih tua dari Budi Utomo, yakni Sarekat Dagang Islam.

Organisasi besutan K.H. Samanhudi dan H.O.S. Cokroaminoto ini tidak hanya fokus dalam persoalan ekonomi rakyat, melainkan pula ke ranah politik dengan sikap non kooperatif terhadap Belanda. Seiring perkembangan zaman, organisasi politik rupanya mulai diperkenalkan melalui pembentukan struktur organisasi Sarekat Islam yang lebih mendasar.

Kira-kira tiga tahun lebih awal dari Budi Utomo, Sarekat Dagang Islam didirikan, tepatnya pada tanggal 16 Oktober 1905. Di kota Solo, awalnya K.H. Samanhudi mengorganisasi  para pengusaha pribumi, untuk memajukan perekonomian rakyat. Tujuannya agar pengusaha pribumi bisa bersaing dengan pengusaha asing.

Namun, organisasi ini kemudian berubah nama menjadi Sarekat Islam. Yakni ketika H.O.S Cokroaminoto memimpin Sarekat Islam. Dimana syi'ar Islam lebih ditegaskan dalam kebijakan organisasi yang bersumber pada kepentingan umat Islam.

Inilah yang menjadi pembeda, Budi Utomo yang fokus pada gerakan sosial dan pendidikan, lebih dipilih daripada Sarekat Islam. Dalam pendekatan ini, sejarawan Aswi Warman Adam menjelaskan melalui sudut pandang politis. Budi Utomo dianggap lebih nasionalistis daripada Sarekat Islam, yang dianggap lekat dengan gerakan agama (Pan Islamisme).

Secara politis ini tidak menguntungkan dari ekskalasi kepentingan nasional kala itu. Maka wajar jika Bung Karno yang memiliki pandangan lebih terhadap gerakan nasional, dengan lebih memilih Budi Utomo sebagai organisasi nasional yang pertama. Dengan menetapkan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Inilah dasar politisai Hari Kebangkitan Nasional, melalui Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959, Tentang Hari-Hari Nasional. Kala itu memang Bung Karno lebih menekankan peranan kaum nasionalis daripada kelompok lain. Sebagai pemenang utama pada Pemilu tahun 1955, PNI yang memang berideologi nasionalis lebih cenderung melihat Budi Utomo sebagai oraganisasi terbuka atas segala golongan.

Kiranya politisasi terhadap hari nasional tidak hanya terjadi pada Harkitnas (Hari Kebangkitan Nasional). Ada koreksi mengenai hari Kartini, yang ditetapkan sebagai tokoh emansipasi wanita Indonesia. Namun hal ini bukanlah ruang dalam pembahasan kali ini. Makna Harkitnas tentu lebih memiliki tujuan yang luas, dalam perspektif keIndonesiaan.

Walaupun secara historis dapat digugat secara latar belakang yang menjadi dasar. Patut menjadi evaluasi bagi orientasi edukasi sejarah kita, dimana peran Sarekat Islam dalam memprakarsai kebangkitan organisasi nasional pun seharusnya tetap dijadikan rujukan. Fakta sejarah yang memang kerap menjadi perdebatan setiap tanggal 20 Mei.

Dimana umat Islam secara tegas memiliki dasar keorganisasian yang jelas dan lebih luas, karena Sarekat Islam lebih berorientasi pada kepentingan rakyat. Apalagi jika membahas perihal terpecahnya organisasi ini menjadi dua kelompok, Sarekat Islam Putih yang berideologi Islamis, dan Sarekat Islam Merah yang berideologi komunis.

Secara politik memang, Sarekat Islam lebih diperhitungan oleh Belanda daripada Budi Utomo. Maka jika penetapan Harkitnas adalah bagian dari usaha mendeskriditkan peran umat Islam dalam membangun bangsa, pun tentu tidak tepat adanya. Banyak faktor yang menjadi landasan, mengapa Bung Karno menetapkan Budi Utomo menjadi organisasi tonggak Kebangkitan Nasional.

Sekarang tinggal bagaimana kita menilainya dari perspektif masing-masing. Semoga bermanfaat, salam damai, dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun