Mohon tunggu...
Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Mohon Tunggu... Guru - Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Telusur Sejarah Kebudayaan Islam di Banten

15 Mei 2023   06:00 Diperbarui: 15 Mei 2023   06:20 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka wajar, jika di kemudian hari, para pedangan asing sangat menginginkan wilayah Banten untuk dikuasai. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol, Inggirs, dan Belanda. Negara-negara asing tersebut saling berebut menjalin kerjasama perdagangan, dengan tujuan lainnya, seperti kolonialisme dan imperialisme. Terlebih, kala itu Banten berhasil melampaui Malaka dalam perekonomian.

Malaka dianggap sebagai daerah yang rawan dalam jalur perdagangan, maka jalur selatan dari Aceh pun secara langsung terbuka. Melalui rute Samudera Hindia, dengan menyusuri wilayah bagian barat Sumatera. Maka wajar, jika wilayah barat Sumatera akhirnya tumbuh banyak pelabuhan-pelabuhan dagang, yang terhubung dengan Banten.

Namun, pada masa kepemimpinan Sultan Haji, Kesultanan Banten justru mengalami kemunduran. Tepatnya kala Sultan Haji justru memilih melakukan kerjasama dengan Belanda. Perdagangan lada yang menjadi sumber utama ekonomi internasional, disebut-sebut sebagai biang keladinya. Belanda tidak mau harga lada jatuh karena kebijakan ekonomi Kesultanan Banten.

Melalui pendekatan terhadap Sultan Haji, akhirnya Belanda berhasil menguasai wilayah Sunda Kelapa pada tahun 1619. Pelabuhan ini lantas diubah menjadi benteng oleh Belanda, dengan nama Batavia. Tepatnya pada kepemimpinan J.P. Coen, dengan memusatkan seluruh kekuatan tempur Belanda untuk memerangi dan menguasai daerah sekitarnya. Termasuk Banten dan Cirebon sebagai target pertamanya.

Sultan Haji telah melakukan blunder bagi keberlangsungan Kesultanan Banten. Hingga membuat kesultanan terpecah belah menjadi dua faksi. Pertama adalah para pendukung Sultan Ageng Tirtayasa, kedua adalah para pendukung Sultan Haji. Maka perang saudara pun tak dapat dihindarkan. Inilah siasat licik Belanda dalam hal adu domba.

Sebagai informasi, Sultan Haji ini merupakan anak dari Sultan Ageng Tirtayasa. Dimana kemudia ia bekerjasama dengan Belanda untuk mematahkan perlawanan dari ayahnya. Nah, muncullah syarat-syarat yang tidak masuk akal dari Belanda. Walau sudah diberi daerah Sunda Kelapa oleh Sultan Haji, Belanda tetap mengajukan syarat jika diminta bantuan olehnya.

Perjanjian yang dimaksud adalah, syarat pengangkatan Sultan Banten harus seizin Belanda. Serta wilayah Lampung harus diserahkan kepada penguasa teritorial Belanda. Inilah yang menjadikan Kesultanan Banten secara teritorial terkepung dari dua sisi. Wilayah barat (Lampung) telah dikuasai pasukan Belanda, sedangkan di timur (Sunda Kelapa) sudah dijadikan benteng dengan status siap tempur.

Nah, kalau sudah seperti ini tinggal menyesal kemudian bukan? Itulah yang dialami oleh Sultan Haji, sebagai penguasa absolut terakhir dari Kesultanan Banten. Setelahnya, hanyalah pemimpin boneka yang dipilih oleh Belanda, agar dapat melanggengkan kekuasaannya di wilayah barat pulau Jawa.

Menariknya, kebudayaan Islam yang telah berkembang di wilayah Banten, justru tidak terpengaruh dengan hadirnya budaya ataupun agama asing. Hal ini memang telah menjadi tolak ukur utama, kala Sunan Gunung Jati memilih untuk meninggalkan Banten. Islam telah kokoh pada segenap masyarakat Banten, walau disertai persoalan politik dikemudian hari.

Menurut Babad Banten, sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya. Sunan Gunung Jati berhasil memadukan kepercayaan masyarakat lokal dengan pendekatan Islam. Namun, secara garis besar, semua harus bermuara atas hukum Islam, seperti penetapan Kadi, sebagai seorang hakim yang membuat keputusan berdasarkan syariat Islam.

Selain itu ada budaya debus, yang tidak dapat terpisahkan sejak masa Pajajaran berkuasa. Sejatinya debus kemudian menjadi kesenian yang memiliki ikatan dengan ajaran Islam. Dengan meninggalkan pengaruh animisme dan dinamisme, dengan ajaran yang sesuai dengan syariat Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun