Mohon tunggu...
Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Mohon Tunggu... Guru - Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Tradisi Perang Sarung yang Kini Mulai Hilang

25 Maret 2023   06:00 Diperbarui: 25 Maret 2023   06:42 2728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perang sarung (sumber: AyoBandung.com)

Apalagi dalam beberapa kasus anarki, kerap berawal dari aksi saling ejek antar dua kelompok yang bertikai. Walaupun dengan alasan perang sarung menjadi faktor utamanya. Namun, fenomena ini hanya didapat ketika bulan Ramadhan tiba. Setelah itu, tidak ada lagi terdengar istilah perang sarung, yang kemudian dapat diidentifikasi sebagai budaya pada waktu tertentu saja.

Pergeseran makna inilah yang secara lambat laun membuat tradisi perang sarung ini memudar dengan sendirinya. Apalagi banyak jenis permainan lain yang menjadi alternatif anak-anak dikala Ramadhan tiba. Terlebih jika pak ustad sudah melarang dan menegur anak-anak, so pasti permainan ini pun urung dilakukan di sekitar area ibadah.

Di beberapa daerah, perang sarung ini juga diidentifikasi sebagai bagian dari budaya lokal yang selalu dilestarikan. Seperti di daerah Sulawesi, dimana Tarung Sarung diidentifikasi sebagai bagian dari upaya penyelesaian masalah. Tradisi yang dikaitkan dengan ritual ini dikatakan kerap memakan korban jiwa dari para pemainnya.

Jika kita melihat unsur sarung, yang dijadikan simbol senjata atau konsep perlawanan. Tentu sangat berkaitan dengan simbol-simbol kaum santri pada masa perjuangan dahulu. Maka, tidak heran jika istilah perang sarung dianggap sebagai simbol dari keberanian. Asal dilakukan dengan pemahaman tradisi yang positif dan edukatif.

Salam damai dalam tebar hikmah Ramadhan, terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun