Dengan langkah malas, Laura melintasi jalan sunyi. Dia merenung dalam-dalam, pikirannya berkelana berusaha menggapai sesuatu namun tak kunjung juga dia temukan.
Dialah seorang penulis, pencipta cerita-cerita yang pernah memikat ribuan hati pembaca. Namun, saat ini, semua terasa seperti badai pasir yang membelit langkahnya. Gairahnya dalam menulis telah memudar menyatu dengan abu dingin.
Hari demi hari, dia terjebak dalam rutinitas sehari-hari membosankan. Kebangkitan pagi, secangkir kopi hitam, dan pandangan hampa melihat tumpukan kertas kosong di meja kerjanya. Dia mencoba membangkitkan kreativitas, tetapi sia-sia. Dia telah terjebak dalam kekosongan.
Malam itu seperti biasa, dia duduk di meja kafe, dengan laptop yang menantangnya untuk menciptakan dunia-dunia baru yang indah. Namun, tumpukan kata-kata tak terucap di bibir, inspirasi pun sepertinya terlalu malu untuk datang.
Seolah-olah takdir ingin menggodanya, seberkas cahaya rembulan menusuk tirai gelap langit malam itu. Dia mendongak, matanya menangkap siluet seorang pria misterius, berdiri di bawah cahaya lampu jalan yang samar-samar berkedip. Dia merasa ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang mengusik pikirannya.
Dia merasa terpanggil untuk mendekati pria tersebut, untuk menemukan apa yang disembunyikannya di balik tirai malam misterius. “Sedang mencari sesuatu pak?” dia bertanya seraya menelisik pria misterius itu.
“Tolong, bawa aku dari sini. Mereka mengejarku,” jawab pria misterius.
Seolah tahu jika dia tengah kebingungan, pria misterius itu melanjutkan ucapannya, “Seseorang telah menganggapku gila. Tolong bawa aku dari sini,” tuturnya.
Dengan keputusan penuh kebimbangan, dia akhirnya setuju untuk membantu pria misterius tersebut. Mungkin inilah waktu untuk dia mengembangkan idenya.
Mereka berdua perlahan-lahan melangkah menjauhi cahaya terang kafe menuju gelapnya malam. Dia merasa seperti telah melangkah ke dalam bab baru dari salah satu karyanya sendiri.
Sementara langkah mereka semakin menjauh dari keramaian kota, pria itu menceritakan lebih banyak tentang kisahnya. Pria itu mengaku sebagai penulis juga, namun tak seperti dia yang terkenal dengan karyanya. Pria itu adalah seorang yang diasingkan, orang yang terusir dari komunitas penulis dan dipandang sebagai seorang penyendiri aneh.
"Aku percaya bahwa ada setan mengikutiku," pria itu berucap dalam nada penuh keyakinan. "Mereka ingin membungkam suara-suara di kepalaku!"
Dia mencoba mencerna cerita aneh itu. Dia tahu bahwa penulis sering memiliki khayalan dan keanehan mereka sendiri, tetapi cerita pria ini terasa lebih dari sekadar itu. Dia menaruh hati-hati, mengkhawatirkan keadaan yang belum diketahuinya.
Ketika mereka mencapai persembunyian sementara di tempat terpencil, rumah tua di pinggiran kota yang tampaknya terlupakan oleh dunia, dia merasa perlu mencari tahu lebih lanjut atas semua keanehan yang terlihat dari pria misterius itu.
Dia memeriksa sekeliling rumah dan menemukan beberapa barang membingungkan; buku-buku kuno, catatan-catatan aneh, dan gambar-gambar makhluk menyeramkan. Sepertinya rumah tua itu adalah milik pria misterius, terlihat dari gelagatnya yang tampak santai seolah dialah pemiliknya.
“Kau tau, setan-setan itu terus mengejarku dan mencaci tulisan burukku. Padahal merekalah yang buruk dan bajingan!” ucap pria misterius yang terus saja meracau hal-hal aneh.
Namun, malam semakin larut, dan suasana semakin aneh. Pria itu terus berbicara tentang konspirasi besar yang melibatkan penulis-penulis terkenal. Dia mulai merasa bahwa dia terlalu dalam mengikuti dunia pria itu. Terasa sangat gila.
"Ada sesuatu tersembunyi di balik semua ini," gumamnya, menelisik barang-barang aneh di rumah tua.
Di tengah perbincangan dengan pria misterius, tiba-tiba saja dia tidak sengaja menyenggol sesuatu, "Ini benar-benar aneh," dia berbisik, matanya terpaku pada halaman-halaman buku usang yang mungkin saja itu adalah tulisan tangan si pria misterius.
“Ah, aku mengantuk sekali. Aku akan tidur sebentar sebelum melanjutkan cerita lagi,” ucap pria misterius seraya membaringkan tubuhnya di sebuah sofa usang ruang tamu.
Ini adalah kesempatan dia untuk menyelidiki semua kejanggalan. Kemudian, dengan langkah hati-hati, dia melakukan penelusuran ke sebuah ruangan yang menarik perhatiannya. Di sana, di bawah sehelai tirai lusuh, dia menemukan sebuah kotak kayu tua tak terkunci. Dia menggigil ketika merasa ada sesuatu di dalam kotak tersebut, bisa saja menjadi kunci misteri pria itu.
Saat dia membuka kotak tersebut, matanya membesar ketika menemukan berkas-berkas dokumen menunjukkan bahwa pria itu adalah seorang pasien dari rumah sakit jiwa yang terkenal di kota. Sebuah surat medis terlipat rapi menjelaskan bahwa pria itu dikenali sebagai John Doe, seorang pasien dengan gangguan psikotik parah.
Dalam sekejap, dia merasa seperti semua petunjuk telah menyusun puzzle yang hilang. Dia tidak tahu apa yang mendorong pria itu untuk melarikan diri dari rumah sakit jiwa, tetapi tiba-tiba segalanya terasa jelas. Pria itu menciptakan cerita fiksi tentang konspirasi dan makhluk-makhluk gaib untuk menarik perhatiannya dan menghindari pengejaran pihak berwenang.
Dia berkata pada dirinya sendiri, "Dia menciptakan dunianya sendiri untuk melarikan diri dari kenyataan yang mengerikan."
Namun, walaupun dia telah menemukan jawaban, dia masih merasa terkejut dan ketakutan. Dengan hati-hati, dia menghubungi polisi untuk memberi tahu mereka tentang pria itu dan keberadaannya.
Kemudian tanpa disadari, pria itu tengah berdiri tepat di belakangnya dengan seringai yang mengerikan. “Kau sudah mengetahui semuanya ya?”
Dia tersentak, lalu membalikkan tubuhnya. Pria gila bernama John Doe menarik keluar pisau lipat dari dalam sakunya dan menyerang dia dengan mata yang memancarkan amarah. Pria itu berubah menjadi agresif.
Dia, awalnya adalah seorang penulis tidak berpengalaman dalam pertarungan, harus dengan cepat menemukan kekuatan dalam dirinya yang tak pernah dia tahu.
Sebagai penulis tak berpengalaman, dia hanya bisa bertarung menggunakan kata-katanya untuk melabui pria gila di depannya. Dengan cara tersebut, akhirnya pria gila itu berhasil dia kelabui. Tak lama pihak berwenang tiba di sana, mengembalikan John Doe si pria gila ke rumah sakit jiwa.
Malam itu, ketika dia kembali ke rumahnya yang sunyi, dia merasa lega. Dia duduk di depan komputer, melihat layar kosong yang menyambutnya. Hatinya dipenuhi oleh campuran perasaan ketakutan dan penasaran yang dia alami sepanjang malam.
"Benar-benar malam yang gila," dia bergumam pada dirinya sendiri, mencoba merangkum secara detail apa yang terjadi. Pria misterius, rumah tua yang terlupakan, dan kisah tak terduga.
Kemudian, dia memandangi layar komputer yang masih kosong. Dia mulai mengetik, menggali kata-kata untuk menggambarkan malam menakutkan itu.
"Kadang-kadang, cerita terbaik adalah yang ada di balik tirai malam." dia berbisik, membiarkan kata-kata itu menemukan tempat dalam ceritanya.
TAMAT
Bagaimana tanggapan Anda mengenai cerpen di atas?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H