Era Pasar Bebas ASEAN dimulai. Pada titik ini, perusahaan-perusahaan Bauksit yang masih bertahan hanya yang sudah memiliki smelter penghasil Alumina. Adapun yang tidak punya smelter, akan gulung tikar karena tak bisa menjual Bauksitnya di dalam negeri (minimnya daya serap smelter Alumina), maupun menjual ke luar negeri (adanya larangan eksport mineral mentah barang tambang). Potensi kredit macet 2014 menjadi kenyataan, Rp. 40 Trilyun uang Perbankan tak bisa dikembalikan oleh Pemain Bauksit lokal.
¤
Tingkat produksi Bauksit Indonesia sudah mengalami penurunan tajam akibat kemampuan smelter dalam negeri yang hanya mampu menyerap 2 Juta Ton Bauksit untuk dimurnikan menjadi 1 Juta Ton Alumina. Indonesia tetap tidak menghasilkan devisa eksport dari produksi Alumina karena Alumina yang dihasilkan hanya bisa menutupi kebutuhan dalam negeri.
¤
Tahun 2017
¤
Perusahaan-perusahaan pemilik Smelter Alumina menggenjot kapasitas produksi menjadi 1, 5 juta Ton. Kebutuhan Bauksit dalam negeri sedikit merangkak menjadi 3 s.d. 4 Juta Ton. Ini masih jauh dari total suplai produksi Bauksit tahun 2013 (45 Juta Ton). Bauksit tetap tak bisa dieksport, begitupun Alumina, hanya cukup untuk mensuplai kebutuhan industri smelter pencetak Aluminium dalam negeri pada kisaran 700 ribu Ton. Bila diasumsikan perorang Indonesia/tahun menkonsumsi 3 Kg Aluminium maka, 250 Juta orang Indonesia x 3 Kg adalah 750 Ribu Ton (Angka kebutuhan Nasional).
¤
Tahun 2018
¤
Kebutuhan Bauksit dalam negeri kembali meningkat berkisar 4 s.d. 5 Juta Ton, smelter-smelter mendongkrak produksi Alumina menjadi 2 juta Ton untuk menghasilkan 1 juta Ton Aluminium. Tetapi 45 juta Ton kemampuan suplai Bauksit nasional pada tahun 2013 benar-benar sudah menjadi kenangan. Banyak perusahaan tambang Bauksit pailit, kredit macet dan puluhan Juta Ton Baja dari alat-alat berat pertambangan mangkrak. Sementara itu, Alumina dan Aluminium tetap tak bisa dieksport karena hanya cukup untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri. Belum lagi, ada kewajiban atas mitra dagang asing selaku sesama pemilik modal untuk juga mengirim Aluminium hasil produksi smelter Indonesia pada group usaha mereka di luar negeri.
¤
Tahun 2019
¤