Oleh : Novita EkawatiÂ
Musibah adalah "segala sesuatu yang dibenci yang terjadi pada manusia",
(kullu makruuhin yahullu bi al-insan) (Ibrahim Anis dkk, Al-Mu'jam al-Wasith, hlm. 527).
Musibah dapat menimpa manusia, diri sendiri, keluarga, harta jiwa, dan bahkan agamanya. Dan yang paling berat dari sekian musibah adalah yang menimpa agama seseorang. "Semua musibah ringan asal tidak menimpa agama".
Berbagai musibah dalam kehidupan ini : kehilangan harta, bencana alam, sakit, wabah, gagal panen, kematian, kehilangan orang yang dicinta, dlsb.. semua adalah hal-hal yang dibenci. Namun semua ini adalah musibah yang sifatnya keduniaan, yang Allah masih memberikan kebaikan di dalamnya.
Musibah memang seringnya membuat sedih dan gelisah, bahkan tak ada yang menyukainya. Semua orang selalu berlindung ingin dijauhkan dari musibah. Tetapi, ada kalanya musibah itu justru lebih baik.
Terkadang, dengan ditimpa suatu musibah, seorang hamba akan bersusah payah mencari pertolongan. Hingga tidak jarang seorang hamba tersadar bahwa hanya Allah yang bisa menolongnya. Lalu, ia pun bertobat dan menjadi hamba yang taat.
Dalam syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah disebutkan, "Musibah yang mendekatkanmu kepada Allah lebih baik daripada nikmat yang membuatmu lupa dari mengingat Allah." (Tasliyah Ahlil Mashaib)
-------------
 Hikmah di dalam musibah, diantaranya :
1) Cara Allah mengampuni dosa hambaNya.
"Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir." (Qs. Ali Imran : 141)
"Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali dengannya Allah akan menghapus sebagian dosanya." (HR Bukhari dan Muslim)
2) Sebagai pembalasan atas kesalahan dan dosa.
"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (Qs. Al Ankabut : 40)
3) Ujian bagi keimanan dan kesabaran seseorang.
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta'' (QS Al Ankabut: 2-3).
"Maka siapa yang agamanya kuat, maka cobaannya juga berat. Siapa yang agamanya lemah, cobaannya pun juga ringan. Dan sungguh seseorang akan terus ditimpa cobaan, hingga dia berjalan di tengah-tengah manusia tanpa dosa sedikitpun". (HR. Ibnu Hibban)
4) Sebagai pilihan Allah yang terbaik.
Seringkali dalam pandangan manusia musibah adalah keburukan, namun ternyata itu yang terbaik Allah berikan untuk hambaNya. Dimana rencana dan ketetapan Allah itulah yang terbaik untuk kemaslahatan hidup di dunia dan di akhirat.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Al Baqarah 216)
Bila setiap manusia menyadari bahwa setiap musibah dan ujian adalah yang terbaik buat hambaNya, yang dapat di ambil hikmahnya dan dinikmati. Maka bisa dipastikan seseorang akan dapat menghadapi musibah tersebut dengan senang dan hati yang tenang. Bukankah ketenangan merupakan representasi dari keimanan? Maka, mereguk hikmah dan keberkahan dari musibah merupakan hal yang patut menjadi sikap yang perlu dilakukan setiap Muslim.
Wallahu a'lam bisshawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H