Oleh : Novita Ekawati
Semua orang pasti akan melakukan transaksi dimanapun ia berkesempatan untuk bermuamalah. Dan pasar adalah tempat yang paling sering dikunjungi orang untuk melakukan transaksi. Dimana setiap orang bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan pergi ke pasar atau ke warung-warung.
"Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelum kamu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di Pasar-Pasar. Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan adalah Tuhanmu maha Melihat." (QS. Al-Furqan ayat 20)
Namun dalam sebuah hadist lain kita menemukan,
"Negeri (tempat) yang paling dicintai Allah adalah pada Masjid-masjidnya, dan tempat yang paling dibenci Allah adalah Pasar-pasarnya." (HR. Muslim)
Apa yang kemudian membuat Allah membenci pasar? Hal ini dikarenakan di pasar-pasar sering ditemukan penipuan, kecurangan, janji palsu, riba, dan hal lainnya yang melanggar syariat Allah.
Namun bukan berarti hal ini membuat kaum muslimin meninggalkan pasar. Rasulullah Saw banyak melakukan aktivitas perdagangannya di pasar, namun beliau saw mencontohkan bagaimana transaksi yang benar agar Allah mencintai hal tersebut dan meridhainya.
Sebagaimana seorang sahabat Rasulullah Saw pernah saat itu bertanya,
"Wahai Rasulullah, mata pencaharian apa yang paling baik?" Rasulullah saw bersabda, "Adalah pekerjaannya seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap Jual Beli yang mabrur (diberkahi)." (HR. Ahmad)
Seperti apakah Rasulullah Saw berdagang?
1 Berniat karena Allah Ta'ala.
"Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang ia niatkan." (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Berniat karena Allah Ta'ala akan mempermudah perdagangan yang kita lakukan serta dipenuhi keberkahan. Jika niat berdagang hanya karena untuk mendapatkan keuntungan materi semata atau menumpuk kekayaan dan harta, maka bisa menghantarkan pada kecurangan yang akan melanggar perintah Allah Ta'ala.
2 Jujur dalam bertransaksi.
"Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan, dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi ini dengan membuat kerusakan." (QS. AsySyu'araa: 181-183)
Kejujuran dalam berdagang sangat diperlukan untuk memupuk kepercayaan orang yang membeli (konsumen). Selain itu keberkahan yang akan Allah berikan pun juga akan bertambah di saat pedagang mau menjelaskan kelebihan ataupun kekurangan barang dagangannya, tanpa menipu dengan menukar barang yang baik dengan yang buruk, mengurangi timbangan atau melebihkannya, mencampur yang basah dengan yang kering atau sebaliknya.
Maka sikap jujur adalah hal utama dalam berdagang. Sebagaimana Rasulullah Saw mendapatkan gelar "al Amin" (seseorang yang dapat dipercaya), karena dikenal kejujurannya dalam berkata maupun berbuat.
3 Menjual yang terbaik.
Menjual barang yang berkwalitas bagus adalah keutamaan yang lain dalam berdagang. Rasulullah Saw mengajarkan untuk menjual barang yang berkualitas dan tidak cacat, sebab hal itu akan merugikan pembeli dan itu berdosa.
Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir radhiyallahu 'anhu, beliau mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak halal bagi seorang muslim untuk menjual barang yang ada cacatnya kepada temannya, kecuali jika dia jelaskan. (HR. Ibn Majah)
4 Mengambil keuntungan yang sewajarnya.
"Barangsiapa yang menghendaki keuntungan akhirat, akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu kebahagiaan pun di akhirat ." (QS. Asy-Syuraa: 20)
Rasulullah Saw mengajarkan untuk mengambil keuntungan sewajarnya. Bahkan ditanyai oleh pembeli tentang modalnya, beliau Saw, akan memberitahukan sejujur-jujurnya. Hal ini karena tujuan Rasulullah Saw berdagang bukanlah mengejar keuntungan duniawi saja. Tapi juga mencari keberkahan dari Allah SWT.
5 Tidak memberikan janji palsu.
Diriwayatkan dari 'Abdurrahman bin Syibel bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: "Para pedagang adalah tukang maksiat". Diantara para sahabat ada yang bertanya: "Wahai Rasulullah, bukankah Allah telah menghalalkan jual-beli?". Rasulullah menjawab: "Ya, namun mereka sering berdusta dalam berkata, juga sering bersumpah namun sumpahnya palsu". (HR. Ahmad)
Seringkali kita menemukan pedagang yang menyampaikan jaminan barangnya dengan begitu yakin, sampai-sampai memberikan janji palsu atau sumpah palsu. Maka berhati-hatilah saat mengklaim barang dagangannya, jangan sampai menghantarkan kedustaan atau sumpah palsu.
6 Tidak menimbun barang.
"Tidaklah seseorang melakukan penimbunan melainkan dia adalah pendosa." (HR. Muslim)
Menimbun barang merupakan keadaan dimana seseorang membeli barang dengan stok sangat banyak dari pasar, lalu menyimpannya dalam kurun waktu lama dan menjual barang tersebut dengan harga sangat mahal. Hal ini merupakan perbuatan dzalim.
7 Tidak menjelek-jelekan dagangan orang lain.
"Janganlah seseorang diantara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual orang lain" (HR. Muttafaq Alaih)
Meski barang dagangan yang dijual sama, Islam tidak mengajarkan untuk saling menjatuhkan satu sama lain dengan menjelek-jelekan barang dagangan orang lain. Berjalanlah sesuai syariatNya.
---------------
Demikianlah Rasulullah saw mencontohkan kepada kita bagaimana berdagang yang baik, sehingga terhindar dari penipuan, dan kemaksiatan lainnya yang akan dibenci oleh Allah SWT. Keberkahan dari Allah akan datang saat perdagangan dijalankan sesuai syariat-syariatNya.
Wallahu a'lam bisshawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H