Sedangkan untuk keperluan berpuasa. Saya menggunakan seperti biasa saja, seadanya, semampunya, tidak berlebihan. Hari raya ya memakai pakaian yang pantas dan bagus tidak perlu harus membeli baru. Semua saya syukuri, yang penting anak juga pendapat pendidikan yang baik, juga mendalami kompetensi yang menunjang sekolahnya.
Petasan dari Kertas
Saya juga mengajarkan pada anak saya bahwa puasa itu pada hakekatnya adalah hubungan dengan Tuhan Allah. Selalu memohon kepada Allah agar semua keinginan terkabul. Dan rangkaian puasa bagi anak-anak yang menggembirakan diri dengan petasan-petasan kecil yang dinyalakan, saya mengajari anak saya dengan menggunakan kertas dari bekas majalah yang agak kuat dilipat menjadi dua di bagian sisi atas dan bawah.
Setelah itu ditarik miring ke dalam dan dipukulkan ke udara akan mendapatkan suara "taar" seperti petasan kecil-kecil yang biasa dimainkan teman-temannya. Putra kecilku sudah senang dan selalu membunyikannya sesudah berbuka menjelang shalat tarwih dan sesudah sahur menjelang shalat shubuh. Kami tertawa lucu. Kertas bisa menjadi petasan.
Kini saya selalu tertawa jika puasa datang dan ingat cerita itu. Karena kini Allah juga sudah memenuhi janjinya melipat gandakan rezeki bagi saya. Putraku sekarang sudah menjdi dosen Sastra Inggris di suatu Universitas Negri. Saya sekeluarga sudah hidup cukup, bisa menjalankan semua, dan tidak kekurangan.
Menabung dunia dan akhirat yang saya hitung-hitung kelipatannya sampai petasan dari kertas adalah kisah lucu saat puasa. Yang sampai kapan pun tak pernak lupa dan selalu membuat tertawa. Lucu meskipun haru. Allah ternyata juga menyertai pengalaman lucu saya. Terima kasih Allah...
Dra. Novi Saptina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H