Itulah kompyang makanan legendaris saya, yang selalu saya perjuangkan saat ramadhan. Cerita ini juga saya teruskan pada anak saya agar dimengerti suasana ramadhan pada jaman ibunya. Namun akhirnya kami sekeluarga menjadi penggemar kompyang santan gula jawa hangat.
Mengingat makanan berbuka puasa waktu kecil, sebenarnya tidak sekedar bernostalgia saat itu, namun kebutuhan jiwa untuk merindukan hal-hal dari orang tua. Sebagai sembah bakti bahwa pendidikan mereka adalah benar adanya.
Semua pahit getir ketika kecil tetap ada kebahagiaan yang berarti, dan selalu ada kekurangan yang ingin dikirim untuk orang tua, yaitu doa, agar Allah menyayangi mereka sebagaimana mereka menyayangi saya, hingga menjadi orang seperti ini. Dan selalu meneruskannya untuk anak saya kelak, agar berbahagia dengan berbakti pada ayah bundanya dan pada Allah Taala.Â