Mohon tunggu...
Novi Puspitasari
Novi Puspitasari Mohon Tunggu... Freelancer - Teknologi Pangan

Personal project for knowledge sharing about Food Science and Technology

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Mengenal Stevia Si Manis Nol Kalori Pilihan Sehat Pengganti Gula

18 April 2021   10:00 Diperbarui: 18 April 2021   10:01 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggunaan stevia sebagai pengganti gula dalam makanan atau minuman mungkin sudah populer dikalangan masyarakat tertentu yang harus membatasi asupan gula ataupun industri makanan fungsional dan obat-obatan. Namun pernahkah terpikir mengapa meskipun stevia memiliki tingkat kemanisan 100-300 kali gula tetapi jumlah kalori yang dimiliki adalah 0 kalori ?

Berbeda dengan gula (sukrosa) yang memiliki molekul gula sederhana, rasa manis stevia berasal dari molekul steviol glycosides. Bila gula memiliki nilai kalori 4 kilo kalori per gram, stevia tidak memiliki nilai kalori (o kalori). 

Steviol glycosides akan terurai seluruhnya di dalam usus besar karena adanya enzim glucosidase yang dihasilkan oleh bakteri di dalam usus besar yang mengubahnya menjadi steviol. 

Manusia menyerap steviol melalui pembuluh vena dari saluran pencernaan ke hati (vena porta hepar) yang nantinya akan diubah menjadi steviol glucoronide di dalam hati, dan dikeluarkan melalui urin. 

Selain rasa manis dari steviol glycosides, stevia juga mengandung vitamin, mineral, asam-asam animo esensial, asam lemak dan zat-zat bioaktif lain yang bermanfaat bagi tubuh. 

Terdapat beberapa penelitian mengenai manfaat kesehatan yang dimiliki oleh stevia, yaitu : anti diabetes, anti obesitas, anti tumor, anti hypertensi, anti mikroba, anti karies dan mempunyai kemampuan antioksidan.

Menggantikan gula dengan pemanis nol kalori seperti stevia dalam komposisi makanan dapat menurunkan total asupan kalori, sehingga dapat menurunkan berat badan.

Hasil penelitian in vivo (menggunakan tikus) dan penelitian klinis (pada manusia) diketahui stevia memiliki potensi untuk digunakan dalam terapi dalam pengendalian konsumsi stevia dapat menurunkan kadar gula darah dan kadar insulin sebelum dan sesudah makan. Namun, klaim ini dikatakan harus dilakukan penelitian lebih dalam lagi mengenai bagaimana mekanisme stevia dapat penurunan gula darah dan kadar insulin.

Pada penelitian efek konsumsi stevia pada penurunan tekanan darah pada sekelompok orang hipertensi, diketahui terjadi penurunan tekanan darah, dimana terjadinya penurunan tekanan darah ini terjadi melalui dua mekanisme yaitu : mekanisme pertama, dengan menghalangi aliran ion kalsium ke otot polos pada pembuluh darah, yang menyebabkan vasodilatasi (melebarnya pembuluh darah) sehingga mengurangi gaya yang menghalangi aliran darah pada pembuluh darah. 

Mekanisme yang kedua dengan menghalangi aktivitas enzim ACE (Angiotensin Converting Enzyme) yaitu enzim yang secara tidak langsung menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan pembuluh darah.

Aktivitas anti mikroba yang terdapat pada ekstrak stevia terbukti efektif dapat membunuh beberapa spesies bakteri dan jamur. Kandungan polifenol pada ekstrak stevia juga dapat bersifat sebagai antioksidan. 

Aktivitas anti tumor ekstrak stevia diuji secara in vitro (di laboratorium, dengan menggunakan sel kanker serviks, sel kanker kolon dan sel kanker pankreas) pada tahun 2016 dan menunjukkan ekstrak stevia dapat membunuh ketiga sel kanker tersebut. 

Stevia juga dapat mencegah terjadinya gigi berlubang karena tidak mengandung karbohidrat sederhana seperti sukrosa yang dapat terfermentasi dalam rongga mulut dan menghasilkan asam yang bisa melubangi gigi serta melalui aktivitas anti mikrobanya.

Walaupun dalam 20 tahun belum ada efek samping yang dilaporkan mengenai penggunaan stevia secara besar-besaran di Jepang, manfaat-manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dari konsumsi stevia maupun ekstrak stevia masih perlu diteliti lebih lanjut untuk memastikan keamanannya untuk konsumsi manusia, mengingat penelitian uji klinis stevia pada manusia belum terlalu ekstensif.

Sumber :

Ahmad, J., Khan, I., Blundell, R., Azzopardi, J. and Mahomoodally, M.F. 2020. Stevia rebaudiana Bertoni. : An Updated Review of its Health Benefits, Industrial Applications and Safety. Trends in Food Science & Technology (100) : 177-189.

Fry, JC. 2012. Natural Low-calorie Sweeteners. Natural Food Additives, Ingredients and Flavorings. Woodhead Publishing. Cambridge. UK.

Gerwig, G.J., te Poele E.M., Dijkuhuizen, L. and Kamerling, J.p. 2016. Stevia Glycosides. Advances in Carbohydrate Chemistry and Biochemistry. Academic Press. Elsevier.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun