Mohon tunggu...
Novi Nurul Khotimah
Novi Nurul Khotimah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah dengan hati

GURU MULIA ADALAH GURU YANG BERKARYA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memberikan Pendidikan Berkualitas adalah Suatu Keniscayaan

2 Mei 2020   12:19 Diperbarui: 2 Mei 2020   12:33 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini merupakan Hari Pendidikan Nasional. Dimana seluruh bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke selalu memperingati dan merayakannya setiap tanggal 2 Mei dengan berbagai kegiatan khususnya di setiap satuan pendidikan. Meskipun untuk peringatan di tahun 2020 ini berada pada masa pandemik corona. Dengan demikian ada keterbatasan dalam memperingati momen bersejarah ini. Namun itu bukanlah alasan untuk tidak mengingat hari bersejarah ini.

Momentum Hari Pendidikan Nasional bagi setiap praktisi pendidikan hendaknya menjadi sarana untuk merefleksi diri. Sudah sejauh mana peran kita dalam memberikan kontribusi pada dunia pendidikan ini. Sudahkan memberikan andil, memberikan kemampuan yang kita punya, baik sumbangsih pemikiran, tenaga atau apapun yang kita bisa lakukan demi kemajuan pendidikan anak bangsa kita yang sudah diperjuangkan oleh para tokoh-tokoh Pahlawan Pendidikan kita terdahulu. Jangan-jangan kita hanya melakukan tugas untuk menggugurkan kewajiban saja.

Itupula yang menjadi pemikiran dan renungan diri saya sebagai salah seorang praktisi pendidikan pada satuan pendidikan jenjang sekolah dasar. Sayapun teringat akan seorang tokoh besar yang berjasa pada bangsa Indonesia, seorang tokoh sentral dalam dunia pendidikan. Beliau adalah Bapak Pendidikan Nasional yakni Ki Hadjar Dewantara pendiri perguruan Tamansiswa pada tanggal 3 Juli 1922. Selalin itu, beliau merupakan pejuang kemerdekaan nasional yang gigih.

Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 mei 1889. Tanggal dan bulan kelahirannya dijadikan momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional dalam setiap tahunnya.  Ia berasal dari lingkungan keluarga keraton Yogyakarta. Ia memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaadiningrat. Namun agar lebih dekat dengan rakyat ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara.

Buah pemikiran beliau yang sangat popular, membumi dan mengakar pada budaya Nusantara antara lain tiga semboyan pendidikan yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Bahkan Semboyan Tut Wuri Handayani menjadi slogan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hingga kini.

Ing Ngarso Sung Tulodo

Semboyan ini memiliki arti bahwa seorang pemimpin atau seorang guru harus mampu memberikan suri tauladan paling depan bagi lingkungan sekitarnya. 

Dalam perenungan diri, sudahkah kita bertindak sesuai semboyan itu? Saya sebagai pemimpin pada satuan pendidikan, banyak hal yang bisa dilakukan untuk memberikan keteladanan dalam menerapkan pendidikan karakter di lingkungan sekitar. Baik terhadap guru, staf,  siswa, maupun orang tua atau siapapun orang yang berada di lingkungan sekolah khususnya.  

Meskipun segala daya dan upaya telah dilakukan dalam meningkatkan penguatan pendidikan karakter, ada hal yang sudah berhasil ada juga yang belum berhasil. Ketika ada hal yang belum berhasil, inilah saatnya untuk memperbaiki diri, mulai saat ini dan hari-hari berikutnya.

Ing Madya Mangun Karsa

Semboyan ini bermakna bahwa seorang pemimpin ataupun seorang guru di sekolah harus mampu membangkitkan semangat para siswanya ditengah-tengah kesibukannya. Seperti pada situasi darurat corona saat ini, dimana siswa belajar di rumah, guru bekerja dari rumah. Sesuatu hal yang tidak mudah untuk membangkitkan semangat para siswa untuk tetap belajar di rumah. 

Hal ini dikarenakan tingkat keterjangkauan segala fasilitas yang ada dalam pembejaran online ataupun pembelajaran jarak jauh. Masalahnya tidak semua siswa memiliki handphone android, tidak semua daerah memiliki jaringan internet yang bagus, dan tidak semua siswa memiliki kuota yang cukup. Disinilah letak kesabaran dan kreativitas bagi para guru diuji. Segala daya upaya harus tetap dilakukan dengan optimal.

Tut Wuri Handayani

Semboyan ketiga ini lebih familiar karena menjadi slogan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Semboyan ini memiliki arti bahwa seorang pimpinan atau seorang guru di sekolah harus mampu memberikan dukungan moral  dan semangat kepada para siswanya pada saat berada di belakang. Bagaimana membangkitkan motivasi para guru, staf, siswa agar mampu menghasilkan output ataupun outcome berkualitas yang diharapkan oleh lembaga sekolah.

Terlebih lagi membangkitkan semangat belajar, semangat bekerja di tengah wabah yang berkepanjangan ini bukanlah hal yang mudah. Kejenuhan tentu sudah mulai melanda kita semua. Namun jika bekerja dengan hati, mendidik dengan hati sudah tertanam erat pada jiwa seorang pemimpin ataupun seorang guru apapun kendalanya tidaklah mudah menyerah dan pasti bisa teratasi. Memberikan bekal pendidikan berkualitas buat para siswa adalah sebuah keniscyaan sebagai fondasi buat mereka dalam meraih kesuksesan di masa yang akan datang.

Kiranya itulah yang bisa dijadikan bahan untuk perenungan diri di Hari Pendidikan Nasional ini. Semoga kita mampu mencetak generasi emas literat yang memiliki karakter berbudi pekerti luhur.

Cirebon, 02 Mei 2020

Novi Nurul Khotimah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun