Sudah sepuluh hari saya menjalani work from home sejak diberlakukan mulai tanggal 16 Maret 2020 oleh pemerintah daerah. Pengalaman yang baru pertama kali menjalani work from home ini sepanjang perjalanan tugas kedinasan saya sebagai ASN selama masa kerja dua puluh dua tahun. Situasi darurat dengan adanya virus pandemi corona ini.
Tiada seorang pun yang tahu jika dunia akan terguncang hebat oleh virus yang konon kata seorang ahli di bidangnya sangatlah kecil wujudnya ini. Bahkan orang sehebat, seahli apapun dan di manapun.
Dunia serta merta berduka, ribuan jiwa tak berdaya hingga menutup mata untuk selamanya. Saya yakin ini semua adalah bagian dari skenario besar dari Sang Maha Pencipta.
Dunia melawan corona, bersama kita bisa melewati hari-hari mencekam ini. Tentunya dengan bertawakkal kepada Allah SWT. Itulah slogan-slogan yang kini popular, sebagai penyemangat untuk kuat melawan virus tersebut.
Menjaga kesehatan diri, ikuti anjuran pemerintah dengan kepatuhan yang konsisten, jangan sekali-kali merasa diri aman, jangan panik berlebihan yang menimbulkan stres, tetap wasapada dan tetap jaga semangat serta suasana hati harus selalu bahagia.
Dengan semangat yang kuat, menciptakan suasana hati bahagia merupakan salah satu cara menjaga imun tubuh yang kuat, virus penyakit apapun tidah mudah datang menyerang. Selanjutnya pasrahkan dan berserah diri kepada-Nya.
Saya seringkali berfikir, merenungi diri sendiri, apa sebenarnya yang telah saya lakukan selama masa bekerja dari rumah ini. Bahkan ada kemungkinan masa ini akan diperpanjang lagi.
Hal ini mengingat virus corona belum mereda, kasus pasien positif dan pasien meninggal semakin bertambah. Situasi di berbagai kota di Indonesia semakin dinyatakan darurat Covid -19.
Apa yang akan saya lakukan dalam mengisi hari-hari selama empat belas hari work from home ini? Apakah hanya membuka gawai untuk melukakan pekerjaan yang berkaitan dengan kedinasan? Hal itu terkadang menjenuhkan juga dan membuat mata lelah serta perih. Hehehe…
Mungkin layar gawai yang kurang besar yah… . Ataukah memantau semua tugas-tugas guru yang sedang melakukan pembelajaran di rumah masing-masing dengan para peserta didiknya? Tentunya itu sudah pasti saya lakukan sebagai bagian dari komitmen dari tugas sebagai manager di sekolah.
Atau menemani buah hati saya dalam mengerjakan tugas-tugas dari sekolahnya? Itu sudah pasti sebagai bagian dari peran ganda saya sebagai seorang perempuan bekerja.
Tak lupa memberikan service buat keluarga yang lebih maksimal. Dengan memperhatikan berbagai kebutuhannya terutama memberikan asupan makanan yang cukup bergizi, sehat dan seimbang. Sementara ini no dulu untuk makanan cepat saji baik offline maupun online. Â Memasak sendiri menjadi suatu keharusan.
Dari berbagai pertanyaan diri sendiri yang saya paparkan di atas, rerasa hal itu belum cukup membuat hati ini tenang dan tentram. Serasa masih ada yang kurang untuk dilakukan dan menjadi bahan perenungan diri.
Sudahkan masa work from home ini dijadikan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT? Apakah hanya untuk menyelesaikan target-target pekerjaan kedinasan saja?
Kiranya hal inilah yang harus dijadikan dasar dalam work from home ini. Dengan adanya coronavirus pandemi yang sudah semakin mencemaskan kini. Namun kecemasan itu akan menghilang jika kita betul-betul menyadarinya bahwa sejatinya yang menciptakan semua virus ini adalah Dia Yang Maha Menguasai Seluruh Alam ini. Â
Ada beberapa aturan keharusan yang sudah ditetapkan pemerintah sekait upaya dalam mencegah dan melawan virus corona selama empat belas hari ini. Berdiam diri di rumah, bekerja dari rumah dan beribadah di rumah juga membatasi hubungan sosial.
Setiap kejadian apapun tentu akan memberikan hikmah yang bisa diambil. Saya memaknai masa ini sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam masa ini hendaknya dijadikan masa untuk memperbaiki fisik (jasmani) dengan mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, dan tidak lupa berolah raga. Â Berjuang untuk meraih fisik/jasmani yang senantiasa sehat dan kuat dalam masa berdiam diri di rumah ini.
Di samping itu kiranya kondisi ini dimanfaatkan juga untuk memperbaiki ruh/rohani dengan meningkatkan kualitas ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT.
Waktu yang lebih leluasa untuk bercengkrama dengan Sang Khalik melalui shalat wajib maupun shalat sunnah tanpa dikejar-kejar berbagai tuntutan pekerjaan, menambah frekuensi untuk murojaah ayat-ayat cinta-Nya, memperbanyak dzikir  dan masih banyak lagi hal-hal yang bisa dilakukan untuk lebih mendekatkan diri kepadan-Nya.
Apalagi saat ini adalah momen yang sangat luar biasa yakni bulan Rajab, Bulan yang sangat mulia dan istimewa. Dimana pada bulan Rajab ini terjadi peristiwa Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW.
Jika hal itu dilakukan, memanfaatkan kondisi berdiam diri di rumah dengan tidak banyak berkeluh kesah, namun dengan meningkatkan kualitas diri secara jasmani dan rohani, saya yakin kita akan berhasil selamat melewati masa-masa sulit ini. Terbebas dari virus corona dan virus-virus penyakit lainnya. Tentunya semua itu atas pertolongan dan kehendak dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Â Wallahu A'alam Bishawab
Cirebon, 25032020
Novi Nurul Khotimah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H