Seiring berjalannya waktu, beberapa siswa mulai selesai mengerjakan tugasnya. Berlarilah siswa yang sudah selesai menemui Ibu Guru minta dinilai. Mereka yang sudah selesai saya pikir siswa-siswa duduk kembali bahkan biasanya ribut atau main dengan temannya bisa juga mengganggu temannya yang belum selesai.Â
Tetapi apa yang saya pandang adalah mereka beranjak mencari buku-buka bacaan yang ada di rak buku bacaan yang disediakan dalam kelas kemudian membacanya dengan tertib di bangkunya masing-masing tanpa saya mendengar Ibu Gurunya menyuruh.Â
Subhanallah... nak, Ibu bangga pada kalian yang sudah tertanam gemar membaca. Speechless... kalian adalah calon-calon pemimpin yang Literat pada generasi emas mendatang.
Saat akhir pembelajaran, pada waktu tersisa, saya beri tantangan buat para siswa yang telah selesai membaca untuk berani menceritakannya kembali. Akhirnya terpilihlah dua orang siswa yang berani menceritakan kembali tentang cerita apa yang mereka baca. Dengan lugas siswa yang terpilih itu menceritakan kembali isi cerita dengan bahasa mereka sendiri.Â
Dan hadiah sebatang coklat yang sudah saya siapkan membuat mereka semakin bersemangat dan bangga ketika berhasil mendapatkannya. Sampai-sampai ketika saya mau mengambil dokumentasi dengan siswa yang pertama mendapat hadiah coklat sudah langsung disantapnya.
"Hemmm... habis enak sih..," katanya. So, akhirnya diambillah dokumentasi siswa dengan coklat yang masih tersisa sepotong hehe... .
Hal ini kuncinya ada pada sosok guru kelasnya, bagaimana memberi ruang dan kesempatan pada mereka untuk mengoptimalkan minat baca yang mereka punya. Terima kasih buat semua yang telah membaca tulisan ini.
Salam Literasi! Untuk hidup lebih baik...
Cirebon, 17102018
Novi Nurul Khotimah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H