Apakah Anda pernah bertanya-tanya bagaimana komunikasi politik di Indonesia seharusnya berlangsung dan bagaimana kenyataannya? Temukan perbedaan yang mencolok antara idealitas dan realitas dalam dunia politik Indonesia.
Sebelumnya, kita harus tahu apa itu komunikasi politik?
Komunikasi politik adalah proses dimana informasi dan pesan terkait politik disampaikan dan dipertukarkan diantara politisi,media, dan masyarakat umum. Ini mencakup berbagai aktivitas seperti kampanye, debat politik, penyebaran informasi kebijakan, dan pengunaan media sosial.
 Idealnya, kita mengharapkan transparansi, akuntabilitas, dan etika dalam setiap pesan politik yang disampaikan. Kita ingin media berfungsi sebagai pengawas independen yang objektif dan masyarakat yang terlibat aktif dalam proses politik.
Namun kenyataannya, kita sering kali dihadapkan dengan hoaks, disinformasi, dan dominasi elite politik yang menguasai media. Kampanye negatif dan bias pemberitaan menjadi tantangan yang merusak kualitas demokrasi kita.
Idealitias Komunikasi Politik :
1. Transparansi dan Akuntabilitas ;Â
idealnya komunikasi politik harus transparan, dmana politisi memberikan informasi yang jujur dan dapat diverifikasi kepada publik. Akuntabilitas mencakup kemampuan politisi untuk menjawab dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.
2. Etika dan Moralitas ;
komunikasi politik yang etis melibatkan penyampaian pesan yang tidak menipu atau memanipulasi. Ini juga mencakup penggunaan bahasa yang sopan dan menghormati semua pihak.
3. Partisipasi Publik ;
idealitas mencakup keterlibatan aktif masyarakat dalam proses politik melalui komunikasi yang inklusif. Ini berarti memberikan ruang bagi publik untuk menyuarakan pendapat mereka dan terlibat dalam pengambilan keputusan.
4. Media sebagai Pengawas ;
media diharapkan berfungsi sebagai pengawas independen yang menyampaikan informasi secara objektif dan meneliti tindakan politisi tanpa bias.
Realitas Komunikasi Politik di Indonesia :
1. Penggunaan Media Sosial ;
media sosial telah menjadi alat utama bagi politisi untuk berkomunikasi dengan konstituen. Namun, ini sering kali disertai dengan penyebaran informasi yang tidak akurat dan hoaks.
2. Hoaks dan Disinformasi ;
Salah satu tantangan terbesar dalam komunikasi politik di Indonesia adalah maraknya penyebaran hoaks dan disinformasi, yang dapat mempengaruhi persepsi publik dan hasil pemilihan.
Â
3. Kekuatan Elite Politik ;
 Komunikasi politik sering didominasi oleh elit politik yang memiliki akses lebih besar ke media dan sumber daya, sehingga suara masyarakat umum sering kali kurang terwakili.
Â
4. Peran Media Massa ;
 Media massa di Indonesia sering kali terikat dengan kepentingan politik tertentu, yang mempengaruhi objektivitas pemberitaan. Ini menciptakan bias dalam informasi yang diterima publik.
Â
5. Kampanye Negatif ;
 Praktik kampanye negatif, di mana politisi saling menyerang lawan mereka dengan informasi yang merendahkan, masih umum terjadi dan dapat mengaburkan fokus pada isu-isu penting.
Studi Kasus
- Pemilihan Presiden 2019
Kampanye pemilihan presiden 2019 di Indonesia menunjukkan bagaimana media sosial digunakan secara intensif oleh kedua belah pihak. Meskipun media sosial membantu menjangkau lebih banyak pemilih, ini juga memperlihatkan tantangan terkait penyebaran hoaks dan disinformasi.
Â
- Pemilihan Kepala Daerah
Berbagai pemilihan kepala daerah sering diwarnai oleh kampanye negatif dan penggunaan media untuk menyerang lawan politik, yang menunjukkan jarak antara idealitas dan realitas dalam komunikasi politik.
Dampak terhadap Demokrasi
1. Kualitas Demokrasi
Perbedaan antara idealitas dan realitas dalam komunikasi politik mempengaruhi kualitas demokrasi di Indonesia. Kurangnya transparansi dan maraknya disinformasi dapat merusak kepercayaan publik terhadap sistem politik.
Â
2. Partisipasi Publik
Ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan inklusif dapat menghambat partisipasi publik yang aktif, yang penting untuk demokrasi yang sehat.
Rekomendasi
1. Pendidikan Literasi Media : Meningkatkan literasi media di kalangan masyarakat agar mereka dapat mengenali dan mengkritisi informasi yang diterima.
Â
2. Regulasi yang Ketat : Penerapan regulasi yang lebih ketat terhadap media dan praktik kampanye untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas.
Â
3. Transparansi dan Akuntabilitas : Dorongan untuk transparansi yang lebih besar dari pihak politisi dan partai politik dalam menyampaikan informasi kepada publik.
Dengan memahami kesenjangan antara idealitas dan realitas dalam komunikasi politik di Indonesia, kita dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk memperbaiki kualitas komunikasi politik dan, pada gilirannya, memperkuat demokrasi di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H