Praktik kampanye negatif, di mana politisi saling menyerang lawan mereka dengan informasi yang merendahkan, masih umum terjadi dan dapat mengaburkan fokus pada isu-isu penting.
Studi Kasus
- Pemilihan Presiden 2019
Kampanye pemilihan presiden 2019 di Indonesia menunjukkan bagaimana media sosial digunakan secara intensif oleh kedua belah pihak. Meskipun media sosial membantu menjangkau lebih banyak pemilih, ini juga memperlihatkan tantangan terkait penyebaran hoaks dan disinformasi.
Â
- Pemilihan Kepala Daerah
Berbagai pemilihan kepala daerah sering diwarnai oleh kampanye negatif dan penggunaan media untuk menyerang lawan politik, yang menunjukkan jarak antara idealitas dan realitas dalam komunikasi politik.
Dampak terhadap Demokrasi
1. Kualitas Demokrasi
Perbedaan antara idealitas dan realitas dalam komunikasi politik mempengaruhi kualitas demokrasi di Indonesia. Kurangnya transparansi dan maraknya disinformasi dapat merusak kepercayaan publik terhadap sistem politik.
Â
2. Partisipasi Publik
Ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan inklusif dapat menghambat partisipasi publik yang aktif, yang penting untuk demokrasi yang sehat.
Rekomendasi
1. Pendidikan Literasi Media : Meningkatkan literasi media di kalangan masyarakat agar mereka dapat mengenali dan mengkritisi informasi yang diterima.
Â
2. Regulasi yang Ketat : Penerapan regulasi yang lebih ketat terhadap media dan praktik kampanye untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas.
Â
3. Transparansi dan Akuntabilitas : Dorongan untuk transparansi yang lebih besar dari pihak politisi dan partai politik dalam menyampaikan informasi kepada publik.
Dengan memahami kesenjangan antara idealitas dan realitas dalam komunikasi politik di Indonesia, kita dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk memperbaiki kualitas komunikasi politik dan, pada gilirannya, memperkuat demokrasi di Indonesia.