Tidak adanya pemahaman terhadap esensi kram perut misalnya, akan membuat para perempuan yang sedang mengalaminya untuk enggan menceritakannya dan, terlebih lagi bagi para staf perempuan, enggan untuk mengambil izin kerja.
"Sungkan dengan yang lain", bisa jadi alasan utama yang mendasarinya dan membuat izin kerja tak perlu dilakukan saat nyeri haid melanda.
Tetapi, sebenarnya dengan adanya edukasi permasalahan keperempuanan, izin kerja bulanan bisa jadi tak masalah, lho!
Salah seorang sahabat laki-laki saya pernah berkata, "Dulu aku secetek itu melihat perempuan sedang kram perut. Ah, lebay banget sih! Ternyata katanya sakit banget, ya?".
Kalaupun dengan pemahaman yang baik masih membuat sungkan untuk izin kerja, ada baiknya juga sekedar memberitahukan pada rekan kerja jika sedang kram perut agar tetap tumbuh toleransi di tempat kerja.
Saat kantor mengizinkan untuk cuti
Suatu hal yang melegakan jika kantor tempat kita bekerja turut mengakui pemberian izin kerja bulanan bagi para staf perempuan. Hal ini menandakan bahwa perihal kram perut ini bukan lagi hal yang tabu di tempat kerja tersebut.
Seperti kantor tempat saya bekerja dulu, yang memberikan jatah cuti kerja satu hari setiap bulannya bagi para staf perempuan yang membutuhkannya.
Karenanya, penting bagi para staf perempuan untuk menanyakan kepada staf terkait, HRD misalnya, jikalau cuti semacam ini tersedia di kantor tersebut.
Selain membuat lega jika sewaktu-waktu membutuhkannya, tentu hal semacam ini tak akan lagi pernah menimbulkan rasa sungkan pada kolega lainnya jika memang terpaksa harus beristirahat di rumah saja.
Solusi jika tetap tak bisa izin kerja