Mohon tunggu...
Novi Setyowati
Novi Setyowati Mohon Tunggu... Lainnya - berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mungil dan Menawan, Hallstatt di Musim Gugur

1 April 2021   21:21 Diperbarui: 4 April 2021   22:00 1740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susunan rumah di Hallstatt (Dokumentasi pribadi))

Musim gugur memang identik dengan warna-warni keemasan dari daun-daun yang berjatuhan. Tapi, tidak begitu halnya dengan Hallstatt di musim gugur. Alih-alih keemasan, Hallstatt di musim gugur justru keperakan.

Padahal, musim dingin belum juga mendekat. Suhu udara masih di kisaran normal selayaknya musim gugur, belum juga di bawah 7 derajat. 

Mungkinkah karena deretan pegunungan Alpen yang mengelilinginya diselimuti salju sehingga membuat Hallstatt lebih keperakan daripada keemasan di musim gugur?

Atau, mungkin juga karena pagi itu matahari bersinar dengan lembut sehingga cahayanya memantulkan sinar keperakan di seluruh kota? Hmm, bisa jadi sih.

Hallstatt yang keperakan di musim gugur (Dokumentasi pribadi)
Hallstatt yang keperakan di musim gugur (Dokumentasi pribadi)
Hallstatt, sebuah kota kecil di Austria yang mulai sangat terkenal di dunia pariwisata beberapa tahun terakhir karena semakin banyaknya ulasan mengenai Hallstatt di media massa.

Letaknya tak jauh dari Kota Salzburg, kira-kira berjarak 1.5 jam perjalanan dengan kendaraan pribadi atau 2.5 jam perjalanan dengan kereta. Jika berkendara dengan kereta, stasiun pemberhentian kereta yang harus dituju ialah Hallstatt Gosaumühle.

Saat itu, saya menempuh perjalanan selama 3 jam dengan kereta regional dari kota tempat saya tinggal (Passau). Tak butuh waktu lama dan jadwal kereta juga tersedia sepanjang hari, sehingga tak perlu sampai menginap untuk berkunjung ke Hallstatt.

Setibanya di stasiun kereta, kita tak bisa langsung menjelajah Hallstatt. Kota kecil ini terletak di tepian Danau Hallstatt, sehingga untuk mencapai kota kecil ini harus menyeberangi danaunya dulu.

Begitu turun di stasiun kereta yang juga sangat kecil, ada sebuah pelabuhan mungil tempat berlabuhnya kapal penyeberangan menuju Hallstatt. 

Seingat saya hanya ada satu kapal penumpang yang bolak-balik di sana. Jadi, kita harus benar-benar memperhatikan jadwal kapal jika tak ingin tertinggal kereta untuk pulang nantinya.

Menyeberangi danau ini juga tidaklah lama, kira-kira 10 menit saja. Tapi, dalam waktu yang singkat itu, kita benar-benar disuguhi dengan pemandangan Kota Hallstatt yang mungil dan menawan. Seperti di negeri dongeng! 

Untuk menyeberangi danau ini pun tak perlu tiket mahal, hanya EUR 3 saja untuk sekali perjalanan dari stasiun menuju pusat kota.

Rumah-rumah di Hallstatt (Dokumentasi pribadi))
Rumah-rumah di Hallstatt (Dokumentasi pribadi))
Hallstatt benar-benar kota kecil, dihuni oleh sekitar 800 penduduk saja. Mengelilingi kota mungil ini pun tak butuh waktu lama. Dua jam rasanya sudah cukup lama. Tapi, yang bikin betah berlama-lama adalah suasana di Hallstatt yang memang memanjakan mata.

Bangunan-bangunannya berdinding tinggi dan berwarna-warni, menambah suasana klasik khas kota-kota di Eropa tapi dalam nuansa kota kecil yang tidak bising dan menenangkan.

Hanya saja, sebelum pandemi, Hallstatt sangat populer bagi wisatawan mancanegara. Kota yang mungil ini terlihat semakin padat dengan keberadaan turis-turis mancanegara dan koper-koper besar mereka di jalanan. 

Warna-warni Hallstatt (Dokumentasi pribadi))
Warna-warni Hallstatt (Dokumentasi pribadi))
Hallstatt juga terkenal karena letaknya yang termasuk dalam wilayah Salzkammeragut, yang membuatnya terkemuka karena keberadaan tambang garam di sana (salt mine). 

Tambang garam ini bahkan saat ini juga menjadi salah satu tempat wisata yang bisa dikunjungi oleh wisatawan di Hallstatt dengan kereta luncur yang sudah disediakan. 

Karena keberadaan dari tambang garam ini pun, tak jarang jika toko-toko suvenir di Hallstatt juga menawarkan suvenir-suvenir berbahan dasar garam, seperti sabun, garam dapur, hingga lampu hias.

Lampu hias berbahan dasar garam (Sumber gambar: Pixabay/hunabkis)
Lampu hias berbahan dasar garam (Sumber gambar: Pixabay/hunabkis)
Meskipun begitu, layaknya tempat wisata lainnya, tentu tak semua toko menjual barang-barang berbasis garam. Banyak juga toko-toko suvenir yang menjual barang-barang sederhana seperti kaos kaki, tas, boneka, magnet kulkas, dll. 

Tak seperti di Indonesia, di mana kita bisa menawar harga suvenir di tempat-tempat wisata, toko-toko suvenir di Eropa mematok harga yang tak lagi dapat ditawar meskipun tatanan toko dipajang bak kaki lima.

Salah satu toko suvenir di Hallstatt (Dokumentasi pribadi))
Salah satu toko suvenir di Hallstatt (Dokumentasi pribadi))
Rumah-rumah penduduk di Hallstatt juga terbilang unik karena tatanannya yang bersusun layaknya rumah-rumah di area pegunungan, menjadikan Hallstatt kaya akan pemandangan perumahan yang menarik hati.

Susunan rumah di Hallstatt (Dokumentasi pribadi))
Susunan rumah di Hallstatt (Dokumentasi pribadi))
Tak hanya itu, Hallstatt juga mempunyai arsitektur penginapan dan restoran yang artistik dengan hiasan-hiasan yang terpajang di pintu, dinding, dan jendelanya.

Hiasan-hiasan dari bangunan-bangunan ini menjadikan Hallstatt benar-benar seperti sebuah negeri dongeng di kartun-kartun yang sudah pernah difilmkan. 

Rumah-rumah di Hallstatt yang artistik (Dokumentasi pribadi))
Rumah-rumah di Hallstatt yang artistik (Dokumentasi pribadi))
Rumah-rumah di Hallstatt juga membentuk gang-gang sempit. Menjelajahi setiap gangnya juga bisa menjadi pengalaman yang seru saat mengunjungi Hallstatt.

Gang-gang sempit di Hallstatt (Dokumentasi pribadi)
Gang-gang sempit di Hallstatt (Dokumentasi pribadi)
Jika ingin hanya sekedar bersantai-santai saja dengan menikmati pemandangan danau dan pegunungan di Hallstatt, ada banyak titik di tepian danau yang bisa kita manfaatkan untuk berduduk-duduk santai dengan suasana yang menenangkan.

Tepian Danau Hallstatt (Dokumentasi pribadi)
Tepian Danau Hallstatt (Dokumentasi pribadi)
Dari tepian danau inilah, warna keperakan Hallstatt saat musim gugur tercermin.

Biasanya, tak banyak wisawatan yang berlama-lama berdiam di tepian danau. Umumnya mereka hanya akan berfoto sesekali saja tanpa duduk-duduk santai. Jadi, hal ini bisa kita manfaatkan untuk menikmati suasana di Hallstatt dengan lebih leluasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun