Mohon tunggu...
Novi Setyowati
Novi Setyowati Mohon Tunggu... Lainnya - berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Pentingnya Keterampilan dan Kreativitas di Masa Pandemi

4 Maret 2021   22:12 Diperbarui: 9 Maret 2021   21:25 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sebuah ide (Sumber gambar: Pixabay)

Setahun sudah pandemi singgah.

Tanpa tahu entah kapan akan pergi.

Masih saja kembali, lagi dan lagi.

Salah satu hal yang sangat jelas terasa dampaknya oleh pandemi ini ialah mata pencaharian. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. 

Tidak mengherankan, karena pembatasan pergerakan dan kegiatan berakibat pada berhentinya atau menurunnya kegiatan perekonomian dalam berbagai sektor. 

Banyak pekerja yang dirumahkan karena ekonomi perusahaan yang semakin memburuk. Juga tak sedikit bidang-bidang usaha yang ditutup karena tak lagi mampu beroperasi dengan berkurangnya pelanggan di masa pandemi.

Salah seorang tetangga saya, misalnya, tak lagi bisa bekerja karena sekolah dilakukan secara daring. Biasanya beliau menjadi juru masak di kantin sekolah, tapi tak lagi bisa di masa pandemi ini, sudah setahun lamanya.

Abang ojek online pun mengeluhkan hal yang sama saat mengantar saya pulang ke rumah. Katanya, "Kapan, sih, Mbak anak kuliahan masuk lagi? Nggak ada anak UB (Universitas Brawijaya) jadi sepi orderan. Biasanya anak-anak UB banyak banget yang pesan makanan. Sekarang jadi sepi."

Jangankan orang lain, saya sendiri masih kesulitan mendapatkan pekerjaan sebagai lulusan baru di masa pandemi. 

Bukan hanya saya, beberapa teman-teman saya yang kebetulan juga kembali ke negara masing-masing setelah lulus pun mengalami hal yang sama hingga saat ini.

Di saat rencana tak lagi seirama.

Inginnya disudahi tapi hati rasanya masih tak ingin mengakhiri.

Mau salahkan siapa?

Memang situasinya yang sedang tidak ramah menyapa.

Ilustrasi sebuah ide (Sumber gambar: Pixabay)
Ilustrasi sebuah ide (Sumber gambar: Pixabay)
Dua bulan pertama, rasanya masih sangat frustasi dengan status pengangguran yang disandang, bahkan ketika sebelumnya sudah memiliki pengalaman kerja yang tak sedikit untuk kategori junior. Setengah bulan berikutnya, semakin harap-harap cemas, mau dibawa ke mana masa depan ini.

Setengah bulan berikutnya lagi, semakin merasa terdesak dengan banyaknya tekanan. Tapi ternyata yang lebih besar adalah ekspektasi dan tekanan dari diri sendiri.

Alhasil, disinilah kunci dari permasalahan yang sedang dihadapi. Tak lagi mau diperbudak keadaan dan hanya meratapi, otak pun mulai bekerja memikirkan segala kemungkinan yang masih bisa dilakukan walaupun belum menjadi wanita karir seperti dulu kala. 

Life skill itu penting, kisanak! Terutama life skill untuk terus bertahan hidup menerjang badai topan yang tak kunjung reda!

Rasanya dulu tak pernah sekalipun terpikirkan untuk tak lagi berharap dengan dunia perkantoran. Tidak pernah juga berpikiran harus menciptakan peluang-peluang lain karena tidak akan selamanya perusahaan menyayangi karyawannya. 

Ternyata, di masa pandemi ini, segala kemungkinan bisa terjadi, dan agar tetap bertahan, kita harus memutar otak menemukan berbagai cara untuk tetap bertahan hidup dan sedikit demi sedikit tetap berpenghasilan.

Apa yang dibutuhkan? Ialah keterampilan dan kreativitas!

Apa pun itu! Entah itu menulis, memasak, mengajar, membuat kue, menggambar dengan aplikasi, bercocok tanam, dsb. 

Keterampilan dan kreativitas apapun yang belum pernah terpikirkan sebelumnya oleh kita ketika terpaku dengan posisi kerja ala kantoran.

Pasalnya, biasanya kalau sudah terlalu nyaman dengan suatu hal, kita akan sulit untuk lepas dari zona nyaman itu dan mencoba hal-hal yang baru. 

Tapi, pandemi ini justru memaksa kita untuk keluar dari zona nyaman itu dan menciptakan inovasi serta ide-ide baru untuk diri kita sendiri. Baik itu hobi baru, maupun pekerjaan baru. 

Di sinilah dibutuhkan keterampilan dan kreativitas. Bukan hanya untuk menjaga suasana hati yang mulai jenuh dengan mencoba hobi-hobi baru, melainkan juga untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri agar tak lagi terkungkung dalam menurunnya kesempatan kerja di masa pandemi ini.

Keterampilan yang tidak pernah disadari sebelumnya

Kita mungkin saja adalah pribadi yang sebenarnya mampu melakukan banyak hal. Tapi, karena terlalu nyaman dengan situasi, kita mengabaikan keterampilan-keterampilan tersebut dan tidak menganggapnya ada di dalam diri kita.

Alhasil, kita selalu berpikir bahwa kita tidak bisa melakukan "aset keretampilan tersebut" karena tidak biasa atau tidak pernah melakukannya. Padahal ketika dipaksakan dicoba, bisa jadi kita bisa melakukannya karena itu memang bakat terpendam dari diri kita.

Saya ambil contoh, kemampuan mengajar. Keterampilan ini baru saja saya tekuni selama dua bulan terakhir, mengingat saya punya banyak waktu luang di rumah dan tak lagi ingin meratapi nasib menunggu panggilan kerja. 

Saya hanya memikirkan, mata pelajaran apa yang kira-kira bisa saya tawarkan untuk membuka lapangan pekerjaan bagi diri saya sendiri.

Ilustrasi memunculkan ide (Sumber gambar: Pixabay)
Ilustrasi memunculkan ide (Sumber gambar: Pixabay)
Jadilah, saya mulai menekuni profesi sebagai tutor privat Bahasa Inggris dan Bahasa Jerman untuk anak SD hingga anak kuliahan. 

Bagaimana metodenya? Ya daring saja, toh sekolah-sekolah hingga saat ini juga masih daring. Justru lebih mudah, muridnya bisa dari berbagai kota.

Sulit? Ternyata tidak juga. Dulu-dulu tidak pernah terpikirkan oleh saya mengajar privat. Saya selalu beralasan "nggak bisa ngajar". 

Ternyata, setelah dicoba, sepertinya saya mempunya keterampilan mengajar yang selama ini saya pendam tanpa pernah saya kembangkan. Dan di masa pandemi ini, keterampilan itu ternyata berguna juga. 

Mengembangkan keterampilan dan kreativitas dengan lebih serius

Jika seandainya sudah mengetahui hobi dan keterampilan yang dimiliki, di masa pandemi ini kita memiliki kesempatan untuk mengembangkannya lebih serius lagi, terutama jika itu berkaitan dengan persoalaan mata pencaharian yang tak kunjung merapat.

Apa itu? Ialah berwirausaha.

Sudah sejak lama saya gemar membuat kue (baking). "Mungkin ini saatnya menjadikan hobi yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan untuk saya sendiri", batin saya saat itu. 

Sesederhana hanya berbekal dengan waktu luang sambil menunggu panggilan kerja yang entah kapan akan datang, ada baiknya saya mulai bekerja untuk diri saya sendiri dulu.

Dalam sekejap mata dan konsep yang belum begitu matang, ah yang penting kan mulai dulu saja. Ya sudah, jadilah bisnis kue kering yang baru saja dimulai sejak dua minggu yang lalu.

Tanpa disangka-sangka, keterampilan dan kreativitas dalam per-kue-an ini ternyata bisa juga menghasilkan sedikit uang jajan dan juga memberikan rasa senang terhadap pembeli yang sudah mencicipi kuenya.

Kalau sudah begini, masih mau meratapi susahnya mencari kerja di masa pandemi? Tidak lagi dong! Karena berkat keterampilan dan kreativitas, kita bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri untuk diri kita.

Saya pun teringat beberapa hari yang lalu sempat membaca kisah di LinkedIn dengan kisah "dulunya wanita karir, sekarang wanita kurir". 

Keterampilan mengendarai motor dan berjualan, bisa juga ternyata memberi secercah harapan di masa pandemi ini.

Tak apa meski tak lagi bertitel "wanita kantoran", asal masih bisa memanfaatkan keterampilan dan mengembangkan kreativitas untuk terus bertahan dan semangat menjalani hari-hari. Yang salah itu, jika kita lantas menyerah tanpa melihat dan menggali lagi potensi yang dimiliki oleh diri kita.

Dan di saat-saat krisis seperti inilah, ternyata keterampilan dan kreativitas itu sangat dibutuhkan. Kita hanya perlu terus memacu semangat diri dan berpikir tentang kemungkinan kesempatan yang bisa kita ciptakan sendiri tanpa harus mengandalkan lapangan pekerjaan di luaran sana.

Ilustrasi pentingnya menciptakan keterampilan dan kreativitas (Sumber gambar: Pixabay)
Ilustrasi pentingnya menciptakan keterampilan dan kreativitas (Sumber gambar: Pixabay)
Memicu untuk menumbuhkan kreativitas lainnya

Bahkan, ketika kita mulai menjadikan keterampilan kita sebagai sumber pertahanan diri di masa pandemi ini, kreativitas kita pun semakin berkembang. 

Bagaimana tidak? Untuk berwirausaha saja, kita perlu memasarkan produk-produk yang kita tawarkan. Alhasil, kita pun harus memikirkan strategi tertentu mulai dari bentuk dan kemasan produk, cara memasarkan, hingga menentukan target konsumen. Kreativitas kita pun semakin dipompa agar bisa mencapai target-target itu.

Pun demikian dengan menjadi tutor privat. Meski judulnya hanya tutor, tidak mungkin kan kita hanya asal saja mengajari murid-murid kita. Tentu kita membutuhkan strategi tertentu dalam setiap sesi belajar agar pelajaran dapat diserap dengan baik dan kegiatan tidak membosankan. 

Meski hanya dihitung kerja paruh waktu, keduanya membutuhkan perhatian khusus dalam keseriusan dan pelaksanaannya. Disinilah kreativitas perlu untuk terus dikembangkan.

Terlebih lagi, karena ini merupakan lapangan kerja yang kita ciptakan sendiri, kita harus memikirkan cara mengiklankannya. Misalnya saja dengan membuat desain sendiri dan disebarluaskan ke rekan-rekan dan kolega kita ataupun di sosial media.

Nah, membuat desain iklan itu juga tidak mudah, Bung! Terlebih untuk yang tidak ahli di bidang desain grafis. Kreativitas betul-betul sangat diperlukan.

Sepertinya saya harus berterima kasih kepada pandemi. Karenanya, saya mulai menyadari pentingnya keterampilan dan kreativitas dalam hidup.

Meskipun kelak mungkin akan kembali menjadi wanita karir ala kantoran, tapi siapa yang tahu sejauh mana kita menyayangi perusahaan atau perusahaan menyayangi kita nantinya.

Oleh karena itu, dalam hemat saya, kita perlu untuk terus menumbuhkan keterampilan dan kreativitas yang sewaktu-waktu dan kapan saja bisa kita manfaatkan untuk bertahan hidup apapun kondisinya.

Selain itu, ada juga satu hal yang baru saya sadari berkat keterampilan dan kreativitas ini, yaitu, hobi yang dapat menghasilkan itu adalah sebuah kepuasan dan kesenangan sendiri.

Termasuk di dalamnya, kesenangan karena tak lagi bekerja pada orang lain tetapi kita justru menciptakan lapangan kerja sendiri. Siapa sangka, jika mungkin kelak, justru kita turut menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain. Ya, mungkin bisa jadi ala K-Drama Start-Up lah ya.

Toh, tidak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Yang bisa kita lakukan hanyalah terus berusaha dan berinovasi melalui keterampilan dan kreativitas yang kita miliki.

Karena tidak selamanya roda berada di atas.

Roda itu berputar.

Bisa jadi suatu saat roda itu di bawah.

Dan saat itulah, kita harus tetap mengayuh agar rodanya kembali berputar ke atas.

Keterampilan dan kreativitas kita, adalah dua hal yang bisa memberikan tenaga pada kita untuk terus mengayuh dan membawa roda kembali berputar ke atas dan terus berjalan ke depan, menuju ke tempat yang kita inginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun