Mohon tunggu...
Novi Setyowati
Novi Setyowati Mohon Tunggu... Lainnya - berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Vollkornbrot: Awalnya Tak Ada Rasa, Sekarang Jadi Rindu

12 Februari 2021   08:00 Diperbarui: 12 Februari 2021   15:49 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, melihat keseriusan teman saya dalam bercerita, dia pun meyakinkan saya untuk mencoba lagi Vollkornbrot. Katanya, "Mungkin kamu hanya perlu membiasakan diri dengan rasanya".

Hmm, demi pencernaan perut yang lebih baik, akhirnya saya pun mulai memberanikan diri untuk mencoba kembali roti asam dan keras ini. Tentu saja saat harus makan Vollkornbrot lagi, sama sekali tak ada nafsu makan dalam diri saya. Rasa asam dan kerasnya tetap tidak bisa diterima oleh lidah saya.

Bagaimana dengan perut saya? Kebalikannya! Perut saya justru bisa menerimanya dengan sangat baik. Tidak ada lagi masalah pencernaan dalam perut yang saya rasakan. Tidak ada lagi perut kembung dan buncit akibat terlalu sering makan roti.

Seminggu lalu sebulan. Sebulan lalu tiga bulan dan enam bulan. Akhirnya lidah saya mulai bisa menerima rasa aneh dari Vollkornbrot. Saya pun mulai terbiasa dengan campuran Vollkornbrot, keju, dan tomat untuk sarapan sebelum beraktivitas.

Ilustrasi Vollkornbrot untuk sandwich (Sumber gambar: shutterstock.com oleh Nina Firsova)
Ilustrasi Vollkornbrot untuk sandwich (Sumber gambar: shutterstock.com oleh Nina Firsova)
Setelahnya, setiap kali ke Supermarket, saya tidak pernah absen untuk membeli Vollkornbrot. Ya, hanya Vollkornbrot dan bukan roti-rotian empuk dan manis seperti yang dulunya saya makan.

Sepertinya saat itu saya sudah terkena sweet karma saya sendiri. Dari yang tadinya tidak ada rasa di lidah dan perut, tapi karena kebutuhan masalah pencernaan di perut, saya justru tidak bisa lepas dari Vollkornbrot.

Sepulangnya ke Indonesia, ya ini yang saya rindukan. Si Vollkornbrot ini!

Sayangnya, Vollkornbrot tidak banyak dijumpai di sini. Kalaupun ada, dan saya pernah mencobanya, rasanya tidak sama dengan yang di Jerman. 

Maka dari itu saya berinisiatif membuat sourdough starter sendiri untuk menghalau rasa rindu ke si Vollkornbrot ini. Tapi, roti yang saya buat pun masih saja tidak sama rasanya dengan Vollkornbrot di Jerman.

Kalau sudah begitu, lidah dan perut saya hanya bisa membayang-bayangkan saja rasanya yang membuat candu itu.

Tuh kan, saya benar-benar terkena sweet karma. Dulunya tidak mau mengingat-ingat rasa asam, keras, dan tidak karuan si Vollkornbrot. Eh, sekarang malah membayang-bayangkan semua rasa itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun