Tentu saja hal ini lebih banyak dilakukan ketika sedang berada di luaran. Saat berada di ruangan yang lebih hangat, tentu kami tak lagi malas bercakap-cakap, apalagi jika dalam kegiatan kuliah, mau tidak mau harus bersikap normal selayaknya kelas-kelas di musim panas. Pemanas ruangan telah tersedia di setiap ruangan sehingga tak lagi ada alasan untuk bermalas-malasan karena merasa kedinginan.
Tapi, pernah tidak mendengar istilah "winter depression"? Seseorang yang merasa depresi karena perubahan musim.
Saya tak pernah menyadari atau bahkan memahaminya sampai suatu hari saya berkata pada seorang teman, "Rasanya kesepian banget, malas ke mana-mana, malas makan, maunya tidur aja sepanjang hari."
Sontak dia pun berkata, "Udah beli Vitamin D aja, minum tiap hari biar nggak kena winter depression!". "Hmm, apa hubungannya, sih?", batin saya setelahnya.
Ternyata, setelah banyak menjelajahi internet tentang winter depression dan cara mengatasinya, saya memperoleh informasi bahwa pengaruh sinar matahari besar manfaatnya untuk suasana hati.
Dilansir dari Mayo Clinic, salah satunya karena sinar matahari membantu produksi hormon serotonin yang bermanfaat untuk meningkatkan suasana hati seseorang.
Nah, bisa dibayangkan saat musim dingin, tak banyak sinar matahari yang diterima oleh tubuh ini, dan hal itulah yang memicu perasaan sedih dan kesepian sata musim dingin. Info lebih lengkapnya bisa dibaca di sini, ya.
Saya pun tersadar, jika memang sinar matahari sebermanfaat itu untuk suasana hati, coba saya mulai beranikan diri untuk keluar rumah setiap hari saat musim dingin, meski sekedar untuk berjalan kaki lima menit di sekitaran tempat tinggal saya.
Hasilnya, memang suasana hati menjadi lebih baik! Meski tak bercakap-cakap dengan orang lain, tapi sekedar melihat sedikit cahaya di luaran sudah membuat hangat perasaan hati. Sejak saat itu saya biasakan untuk keluar ruangan di musim dingin barang sebentar saja, meski teramat dingin udara yang bertiup.
"Kalau begitu, mungkin ini sebabnya kenapa orang-orang di negara tropis banyak dikaitkan dengan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi daripada orang-orang di negara bermusim dingin?". Ah, tapi ini hanya asumsi pribadi saya saja.
Setelah mengalami tiga kali musim dingin, rasa-rasanya saya tak lagi berkecil hati meski berasal dari negara tropis dan kini harus kembali melalui hari-hari saya dengan sinar matahari sepanjang tahun. Tak apa, asal tak lagi merasa kesepian saat pergantian musim kering ke musim penghujan maupun sebaliknya.Â