Lagu-lagu bikinan Rhoma Irama memang kental dengan pesan-pesan moral. Musik adalah cara yang dipilih untuk menebarkan kebenaran. Rhoma tidak mengajar di kelas seperti Anggito. Ia mendidik masyrakat lewat lirik lagunya.Lagu-lagu Rhoma adalah antitesis terhadap diktum “ seni untuk seni”. Bagi Rhoma Irama, “musik adalah pertanggungjawaban kepada Tuhan dan manusia. Ia menggugah ahlak. Mempersoalkan rezim yang tak hirau pada persoalan rakyat. Bahasanya jujur dan tak muluk-muluk. Menohok siapa saja yang keluar dari nilai-nilai moralitas. Liriknya punya daya untuk merubah karakter orang lain. Sama seperti Anggito yang mengubah mindset mahasiswanya lewat ujaran-ujarannya di ruang kelas.
Lagu Rhoma adalah potret nyata yang jamak. Cermin bagi penguasa. Budayawan Remy Sylado bahkan pernah memuji bahwa karya Rhoma Irama lebih baik ketimbang Iwan Fals. Rhoma lebih jeli memotret situasi sosial ketimbang Iwan Fals. Tak heran jika banyak peneliti tertarik mengurai makna dibalik karya-karyanya. Seorang intelektual adalah pencipta bahasa kebenaran kepada kekuasaan, kata Edward Said.
Jika Rhoma adalah seorang dosen, berapa karya intelektualnya? Ada lebih dari 328 judul lagu Rhoma Irama. Sebuah angka yang membentangkan produktiftas. Rhoma memang piawai mencipta musik. Profesor Weintraub berhasil menganalisis kegeniusan Rhoma dalam mengawinkan berbagai genre musik ke dalam musik dangdut. Musik Rhoma Irama mengandung unsur blues atau rock. Ada teknik vokal Elvis Presley dan Tom Jones pula dalam beberapa lagu Rhoma. Jenius bukan.
jJika dangdut akhirnya bisa bersanding dengan lagu pop lainnya saat ini itu pula berkat kegigihan Rhoma berdiri menantang cemooh tentang dangdut sebagai musik yang kolot dan kampungan. Jika Ayu Tingting, Saiful Jamil, Dewi Persik dan sederet penyanyi dangdut lainnya bisa percaya diri membawa musik dangdut saat ini, tentu itu tak lepas dari kegigihan tetap setia pada jalur yang telah dipilihnya. Lagu-lagu Rhoma masih sering diputar dimana-mana. Bahkan konon, Jokowi pun mengindolakan lagu-lagu Rhoma Irama.
Tentu saja, kualitas intelektual Rhoma Irama dalam bidang musik patut diberi aplause. Rupanya, Rhoma memang punya bakat menyampaikan pesan, pandangan, sikap dan filosofi. Sama halnya dengan Anggito Abimanyu yang terkenal piawai dalam mengelola kebijakan fiskal dan mahir dalam logika ekonomi. Sayangnya, Rhoma bukan dosen seperti Anggito. Dan lagi, Rhoma tak punya gelar doktoral seperti Anggito. Tapi bagi saya, Rhoma Irama adalah seorang intelektual yang layak diberi ganjaran profesor, meskipun gelar itu tetap tak boleh disematkan di depan namanya. Pengakuan moral terhadap Rhoma Irama sebagai Profesor in Music saja sudah cukup.
Novie SR
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H