Mohon tunggu...
Novia Syahidah Rais
Novia Syahidah Rais Mohon Tunggu... Manajer Marketing & Komunikasi -

Bukan soal siapa kita, tapi ini soal apa yang kita tulis!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cemburu

10 Februari 2017   13:01 Diperbarui: 10 Februari 2017   13:35 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pokoknya aku mau pindah lagi, Win!”

Aku memandang wajah Siska dengan kening berkerut. “Pindah lagi? Kemana?”

“Rencana sih, ke daerah Cipinang Besar. Kayaknya di sana ada kontrakan yang lumayan murah. Daerahnya juga lebih tenang dan aman,” jawab Siska bersemangat.

“Aman dari apa dulu? Sepertinya ini adalah kepindahanmu yang ketiga kali. Dan alasanmu selalu saja karena merasa tidak aman,” kataku setengah menyindir.

Siska manyun. “Kamu kok gitu sih sama aku? Kamu sahabatku nggak, sih?”

Aku jadi tersenyum. “Habis aku heran banget sama kamu. Pindah kok kayak ujian mid semester, tiap tiga bulan sekali. Apa nggak repot, tuh?”

“Ya, repot juga. Tapi ini kan demi keamanan, Win! Keamanan rumah tanggaku. Seharusnya kamu menghargai usahaku, dong!” ujar Siska masih agak manyun.

“Iya deh, iya. Aku salut melihat usahamu itu. Tapi apa itu nggak berlebihan?”

“Berlebihan gimana? Wong aku menyelamatkan suamiku dari ancaman perempuan lain, apa itu dianggap berlebihan? Kamu sih enak, suamimu nggak pernah dilirik perempuan lain.”

Aku diam sejenak, menatap wajah Siska yang tampak gusar. Harus kuakui, Herman, suami Siska, memang ganteng. Sangat ganteng malah. Wajar jika banyak perempuan yang tak puas meliriknya sekali dua kali saja. Dan Herman juga tipe orang yang sangat ramah, gampang menebar senyum pada siapa saja.

Tapi Siska juga perempuan yang cantik. Kulitnya putih bersih, dengan raut wajah agak kearab-araban. Rambutnya terurai panjang, dan jika tersenyum kelihatan dua lesung pipit di pipinya yang padat berisi. Kurang apalagi dia sebagai perempuan? Makanya ketika dia menikah dengan Herman setahun yang lalu, aku seperti melihat pasangan paling serasi di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun