Menulis teori kepenulisan di blog ini rasanya basi banget, deh. Tapi…mungkin basi bagi mereka yang sudah biasa menulis dan sering mendengar atau membaca teori-teori kepenulisan. Bagi mereka yang baru masuk ke dunia ini kayaknya tidak ada kata basi.
Oke, saya akan coba selipkan postingan tentang teori kepenulisan di sini, meski gak detail, mudah-mudahan bisa jadi suluh kecil di kegelapan (hmmm…apalagi ini?) bagi calon penulis yang benar-benar masih gelap dengan dunia penuh kata dan imajinasi ini.
Yup! Kita mulai dengan TEMA dulu, ya...
Banyak penulis pemula yang bingung untuk memulai menulis. Padahal mereka memiliki semangat yang menggebu-gebu untuk menulis. Tetapi ketika mereka mulai duduk di depan komputer (ssst…ada yang masih pakai mesin tik gak? Jangan malu untuk ngaku ya! Pak polisi aja masih pake kok hehe...) tiba-tiba pikiran mereka menjadi blank. Bingungtidak tahu apa yang harus ditulis.
Novelis Claude Simone memberikan mantra untuk para penulis yang mengalami masalah ini, yaitu, “Tulislah apa yang kau ketahui”
Ya! Hanya itu! Tema merupakan gagasan atau ide pokok dari sebuah tulisan. Tema juga merupakan daya tarik atau daya pikat pertama dari sebuah tulisan.
Nah, sekarang gimana cara mencari dan mengumpulkan tema atau ide? Tentunya agar menjadi layak untuk ditulis. Dari mana ide itu didapat sehingga bisa diolah menjadi cerita yang baik?
Sebenarnya banyak cara atau tempat kita menemukan ide yang bisa digunakan untuk membangun cerita. Diantaranya adalah:
Pertama; Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi, apalagi yang paling berkesan (termasukriset) merupakan sumber ide yang bisa digunakan untuk membuat cerita. Novel NH Dini yang berjudul Pada Sebuah Kapal merupakan sebuah contoh. Begitu juga Balada si Roy-nya Gola Gong.
Ernest Hemingway menyulap pengalaman pribadinya sebagai serdadu dalam peperangan-peperangan yang pernah diikutinya menjadi sebuah karya monumental. Leo Tosloy menjadi pengarang terkenal setelah menulis triloginya, Childhood, Boyhood, Youth, yang mengambil pengalaman masa kecilnya sebagai bahan cerita.
Kedua; Pengalaman Orang Lain
Kitatentusering mendengar curhat dari orang lain dengan masalahnya yang cukup pelik. Hal tersebut juga merupakan sumber ide yang cukup menarik untuk dituliskan menjadi sebuah cerita. Seperti kata William Faulkner yang menegaskan prinsipnya dalam memperoleh gagasan cerita, "Seorang seniman memang tidak bermoral dalam arti ia tidak segan-segan merampok, meminjam, meminta atau mencuri dari orang lain agar bisa berkarya."
Ketiga; Imajinasi,Gagasan,Keinginan,Angan-angan,Impian
Secara umum diakui bahwa sebuah cerita merupakan hasil imajinasi. Harry Potter merupakan cerita yang mengedepankan imajinasi penulisnya. Cerita dan film-film kartun dan animasi merupakan contoh cerita yang kebanyakan bersumber dari angan-angan.
Keempat; Tokoh
Tokoh yang nyentrik dan khas juga merupakan sumber inspirasi yang tak pernah kering. Lupus-nya Hilman merupakan contoh real dari kategori ini. Si Doel Anak Betawi juga contoh populer lainnya.
Kelima; Setting
Suasana suatu tempat atau daerah juga merupakan sumber cerita yang bisa dikembangkan. Saya membuat novel Di Selubung Malam sepulangnya saya dari perjalanan ke Nusa TenggaraBarat. Novel Putri Kejawen lahir setelah saya pulang dari Jogja. Masih banyak novel-novel lain yang idenya berangkat dari setting
Keenam; Cerita Rakyat
Kita tentu pernah mendengar cerita Malin Kundang, bagaimana sekiranya Malin Kundang ternyata tidak menolak ibunya saat bertemu? Tentu cerita ini akan jadi cerita yang baru meski terkesan kontroversi tapi selagi tidak mengandung unsur SARA dan pelecehan maka itu sah-sah saja.
Ketujuh; Judul Cerita Lain
Misalnya: dari Badai Pasti Berlalu, dapat saja kita membuat cerita dengan judul Bajaj Pasti Berlalu. Atau dari Anak Perawan di Sarang Penyamun menjadi Anak Penyamun di Sarang Perawan hehehe....
Kedelapan; Sejarah
Banyak cerita rekaan yang bersumber dari sejarah, misalkan film Kutunggu Kau di Semanggi, atau kebanyakan cerita-cerita Kho Ping Ho. Termasuk novel saya, Titip Rindu Buat Ibu.
Kesembilan; Koran atau majalah
Berita kriminal dapat pula dijadikan sebuah cerita yang menarik. Misalkan tentang gadis yang diperkosa, dari berita itu dapat pula dikembangkan menjadi cerita tentang anaknya yang dibuang di panti asuhan misalnya.
Kita dapat menambahkan berapapun item untuk menentukan dari mana sumber inspirasi itu didapat. Karena itu, tulislah apa yang kita ketahui. Makin banyak yang kita ketahui, makin banyak pula alternatif tema yang dapat kita tulis. Karena itu pula, banyak-banyaklah membaca. Makin banyak yang kita baca, maka makin banyak pula yang kita ketahui.
Nah, sekarang bagaimana memilih dan menyisihkan ide yang sudah kita dapat tadi? Berhubung postingannya sudah lumayan panjang, kita sambung lain kali aja, ya!
Salam manis!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H