Mohon tunggu...
Noviar Ananta
Noviar Ananta Mohon Tunggu... -

TraveLLer, Blogger, Movieholic, Juventini, Agatha Christie Big Fan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Saya Pilih Jokowi - JK

1 Juli 2014   09:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:01 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi yang mengenal saya dengan baik, saya orang yang dari dulu anti sama metode “Asal Bapak Senang” seperti ini, dan perilaku pejabat yang selalu mau “di-dewa-kan” ketika kunjungan. (Saya pernah berpikir, kenapa Pejabat Negara harus selalu diberikan saf paling depan setiap shalat berjamaah di mesjid? Anda datang terlambat, harusnya duduk di saf belakang.)

Pertanyaannya, kenapa Pak Jokowi saya letakkan di urutan ke-empat?

Menurut saya, rakyat Indonesia melakukan kecelakaan sejarah ketika memilih SBY bukan JK di 2009. (Kalau yang ini debatable, sebab dulu saya pun mengatakan hal yang sama kenapa bukan Amien Rais yang terpilih di 2004, sebelum insyaf. Hhhaaa…)

Ya, sebab bagi saya, kesuksesan pemerintahan SBY-JK di 2004, lebih banyak adalah hasil kerja dari Pak JK. Pak SBY lebih muncul sebagai pemimpin yang cari aman dan tak mau ambil resiko. Yang saya ingat, kala itu Pak JK lah yang pasang badan ketika program konversi minyak tanah ke gas dicaci begitu masif di televisi dengan berita “Misteri Meledaknya Tabung Gas 3 Kg”.

Ini menjadi bukti pemimpin yang berpikir dan bertindak “Out of The Box”. “Terserah anda mau bilang apa, kalau saya yakin ini program yang bermanfaat saya tak akan berubah pikiran”, begitu kira– kira pikiran Pak JK kala itu.

Anehnya, ketika kampanye 2009, keberhasilan ini diklaim habis – habisan sebagai karya SBY. Waktu dicaci kemana saja, Pak?

Nah, Dalam hal ini, Pak Jokowi yang kala itu masih walikota tentu saja levelnya masih di bawah Pak JK. Urutannya, beliau harus di bawah Pak JK.

Selanjutnya, bagi saya ada Pak Mahfud (Ketua Mahkamah Kostitusi kala itu) yang track record-nya setau saya sangat tegas dalam setiap keputusannya, bahkan bila keputusan itu membuat banyak orang tak suka sama dia.

Saya juga yakin, Pak Mahfud adalah orang baik, jujur dan bersih dari korupsi. Dan, ini jadi alasan saya tak pernah bisa mencela Pak Mahfud, walaupun beralih mendukung Pasangan Capres – Cawapres “You Know Who”. Maaf, sedikit ngeri menyebut namanya, seperti Harry Potter dkk menyebut Voldemort. Hhhehe…

Next, Pak Dahlan Iskan yang berhasil mencuri perhatian saya lewat insiden “Naik ojek ke Istana Bogor” dan “Pelantikan dengan Sepatu Kets”. Nah, sama lagi khan? Orang ini pun adalah orang yang berpikir dan bertindak “Out of The Box”, anti mainstream, dan tak pusing sama penilaian orang. Kalau anda menyebut ini pencitraan, anda sebenarnya meng-iya-kan bahwa apa yang dilakukan oleh Pak Dahlan Iskan adalah sesuatu yang luar biasa.

Dan ternyata, perkiraan saya tak salah. Pak Dahlan Iskan bisa memberi warna baru dalam kepemimpinannya sebagai Menteri BUMN yg berani mendobrak kekakuan sistem birokrasi. Tak perlu menilai Aksi Koboi-nya membuka palang pintu tol, cari saja berita tentang bagaimana Dahlan Iskan merubah Rapat – Rapat Koordinasi BUMN, yang tak efisien menjadi Rapat Koordinasi via Blackberry Messenger.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun