Bu Magdalena tak bertanya apapun lagi, beliau hanya mengatakan, "Sepulang nanti, kita ngobrol sebentar."
Sedang aku hanya mengangguk, tanda setuju.
Pada akhirnya, perbincanganku dengan Bu Magdalena lebih seperti sebuah pengakuan dosa. Beliau begitu sabar mendengarkan segala resah dan kegundahan yang mengganjal di benakku. Dengan kalimat penuh kasih, beliau menyampaikan nasihatnya kepadaku.
"Kau tahu, Nak? Kau selalu dikenal sebagai murid terbaik di sekolah kita ini. Bukan berarti teman-temanmu tidak baik, tapi kau selalu lebih menonjol. Kau pintar dan selalu peduli pada orang lain. Belajarlah mengubah sifat burukmu itu, perlahan-lahan. Selagi Tuhan masih memberi kesempatan, selagi ayah ibumu masih bisa kau jumpai setiap hari."
Ya, aku tahu, aku sangat beruntung masih memiliki kedua orang tua yang sehat. Serta kasih karunia Tuhan yang tak terbatas, tak perlu ku ragukan lagi.
Mulai hari ini, aku akan melatih diri untuk menjadi anak yang terbaik bagi kedua orang tuaku, sehingga predikat murid terbaik di sekolah minggu tak hanya sebatas label yang melekat pada diriku. Aku percaya, tak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki diri.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI