Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kitab Rahasia Mantra

23 Oktober 2024   17:55 Diperbarui: 23 Oktober 2024   17:57 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah lembah terpencil, tiga murid berdiri saling berhadapan di atas padang rumput yang sunyi. Udara terasa tegang, seperti menyimpan dentuman petir yang siap meledak.

Di depan mereka sebuah altar tua terbuat dari batu hitam, di atasnya terletak sebuah kitab berkilauan. Kitab Rahasia Mantra yang konon hanya dapat dimiliki oleh yang terkuat di antara mereka.

Xiao Lo menggenggam pedang sihirnya yang berpendar biru. Di sampingnya tampak Han Kang, mengepalkan kedua tangan yang mulai memancarkan aura merah.

Sementara itu, Ling Zhi yang satu-satunya gadis di antara mereka, berdiri dengan kekuatan angin yang menjadi ciri khasnya. Hingga angin yang berputar lembut di sekelilingnya, tengah mengangkat helai-helai rambut panjangnya.

Ketiga sahabat itu telah dilatih bertahun-tahun oleh sang Guru, namun kini mereka harus bertarung untuk membuktikan siapa yang pantas mewarisi Kitab Rahasia.

"Apa ini satu-satunya jalan?" tanya Ling Zhi.

Xiao Lo tersenyum tipis, "Guru sudah memutuskan. Hanya yang terkuat yang layak mendapat kitab itu."

"Tapi kita semua teman. Seharusnya kita dapat menemukan jalan lain," lanjut Ling Zhi.

Han Kang menggeleng, "Kita memang teman, tapi ini lebih dari sekadar ujian. Ini warisan Guru, warisan yang tidak boleh jatuh ke tangan orang yang salah."

Tanpa aba-aba Xiao Lo mengayunkan pedang ke arah Han Kang. Gelombang energi biru meluncur cepat, membelah udara, Han Kang cepat mengangkat tangannya, menciptakan perisai energi merah yang menahan serangan itu.

"Xiao Lo!" teriak Ling Zhi, berlari ke arah mereka berdua. Ia mengayunkan tangannya, memanggil angin yang berputar kencang dan memisahkan kedua sahabat itu. "Aku tidak ingin kita bertarung seperti ini! Ini tidak seharusnya terjadi."

"Tapi kita tidak punya pilihan lain." jawab Han Kang.

Xiao Lo maju lagi, kali ini pedang sihirnya menebas udara, dan angin yang mengelilingi Ling Zhi terbelah oleh kekuatan Xiao Lo.

"Ling Zhi, kalau kau tidak mau bertarung, maka kau akan kalah!"

"Kenapa kau begitu kejam, Xiao Lo?"

"Aku tidak kejam. Aku hanya realistis. Kitab ini adalah masa depan kita, dan aku tidak akan membiarkan siapapun menghalangiku."

"Xiao Lo, berhenti! Kau tidak perlu membuat Ling Zhi menderita!" teriak Han Kang.

Xiao Lo dan Han Kang saling menatap, ketegangan di antara mereka kian memuncak. Namun di balik semua itu, ada sesuatu yang lebih dari sekadar perebutan kitab. Xiao Lo tahu dalam hati kecilnya, ia takut kehilangan Ling Zhi, bukan hanya sebagai sahabat, tapi juga sebagai sosok yang ia cintai.

"Cukup!" teriak Ling Zhi, membuat kedua pemuda itu terkejut. Angin di sekelilingnya berputar semakin kencang, menciptakan badai kecil yang membuat rerumputan bergoyang liar, "Ini bukan tentang siapa yang terkuat. Tapi apa yang kita pelajari selama ini dari Guru. Apa kalian lupa ajaran Guru tentang persahabatan?"

Ucapan Ling Zhi menembus ke dalam hati mereka. Han Kang dengan napas berat, melangkah mundur. Aura merah di tubuhnya mulai meredup. "Ling Zhi benar. Aku tidak ingin kehilangan kalian. Kita bisa mencari jalan lain."

Namun Xiao Lo tetap bergeming, "Dan bagaimana jika Kitab ini jatuh ke tangan orang yang salah?"

"Kita bisa menjaga Kitab ini bersama-sama, Xiao Lo. Tidak ada yang perlu memilikinya sendiri."

"Kita akan selalu bersama. Kitab ini bukan segalanya." tambah Han Kang.

Xiao Lo tampak lebih tenang, mereka pun menghentikan pertarungan. Namun Kitab Rahasia Mantra masih ada di hadapan mereka.

Di tengah ketenangan itu, diam-diam ada kekuatan gelap yang mengintai, tersembunyi di balik kabut lembah. Mereka tidak tahu bahwa Kitab Rahasia Mantra menyimpan kutukan. Siapapun yang mencoba memilikinya tanpa kesungguhan hati, akan dihancurkan oleh kekuatannya.

Ketika Han Kang menyentuh Kitab itu dengan ujung jarinya, sesuatu terjadi. Kilatan cahaya hitam memancar dari kitab, melesat ke langit dan menciptakan badai gelap yang mendadak menudungi seluruh lembah.

"Han Kang, jauhi kitab itu!" seru Ling Zhi, namun Han Kang sudah terpental ke belakang, tubuhnya terhempas ke tanah.

Han Kang menjerit kesakitan saat aura hitam mulai melingkupi tubuhnya. Kitab terbuka dengan sendirinya, halaman demi halaman bergerak, dan mantra-mantra kuno menggema di udara.

"Kitab ini dikutuk!" Xiao Lo segera menyadari, namun sebelum ia bergerak, kekuatan gelap itu menyebar cepat. Energi hitam menyambar ke arah Ling Zhi. Dan kekuatan anginnya mencoba berputar menahan aura jahat itu, namun sia-sia.

"Aku.. tidak bisa bernapas.." Ling Zhi merintih, tangannya gemetar saat mencoba melawan pengaruh mantra gelap yang terus menghisap kekuatannya. Sementara Han Kang di seberang sana sudah hampir kehilangan kesadaran.

"Kita harus...." ucapan Xiao Lo terhenti sebab ia merasakan tanah di bawahnya bergetar.

Kitab itulah sumber segala kehancuran. Dari dalamnya, bayangan hitam besar muncul, membentuk sosok mengerikan yang menatap mereka bertiga dengan mata merah menyala.

"Kalian ingin mengambil kekuatanku? Siapapun yang mendekatiku tanpa kesungguhan hati, akan berakhir di sini."

Xiao Lo dan Ling Zhi mencoba bangkit, sedang Han Kang sudah tak bergerak, tubuhnya diselimuti bayangan hitam.

Xiao Lo melompat, menyerang bayangan itu dengan seluruh tenaganya. Namun serangannya hanya menembus udara kosong. Sosok bayangan itu tak terpengaruh, dan dengan satu gerakan ia mengirim gelombang hitam ke arah Xiao Lo.

Tubuh Xiao Lo terpental dan jatuh di samping Han Kang. Pandangannya buram, tapi ia bisa melihat Ling Zhi tak berdaya untuk bangkit. Hingga akhirnya Xiao Lo benar-benar terpejam. Dan Ling Zhi pun harus menyusul di detik berikutnya.

Sang bayangan tertawa sebelum menghilang kembali ke dalam Kitab, ia menunggu generasi berikutnya yang cukup bodoh untuk mencoba meraih kekuatan dari kitab terkutuk itu.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun