Malam itu angin sepoi menyelinap ke dalam dapur tua keluarga Arkana. Piring-piring yang tersusun rapi di lemari kayu tampak biasa saja, kecuali satu piring porselen yang tampaknya berbeda.
Piring itu berkilau di bawah sinar rembulan, dan di balik cahayanya, tersimpan rahasia kuno yang tak pernah terungkap.
Raka adalah putra satu-satunya di keluarga Arkana, yang saat itu sedang membersihkan dapur. Kedua tangannya gemetar saat menyentuh piring porselen itu.
"Kenapa piring ini hangat?" Kedua mata Raka terbelalak melihat kilauan halus di permukaan piring. Saat itu juga, piring mulai bergetar, seolah hidup. "Eh, apa ini?"
Piring itu bersinar terang. Perlahan sinar itu mengembang, dan di hadapan Raka piring itu berubah menjadi seorang gadis cantik. Rambutnya panjang berkilau, kulitnya sehalus porselen, dan matanya berwarna seindah kilauan bulan.
"Hai, Raka! Aku Diana, dan aku telah menunggumu."
Raka hanya terdiam, mulutnya tak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Gadis itu benar-benar nyata di hadapannya, namun bagaimana mungkin piring porselen berubah menjadi manusia?
"Kamu.. kamu siapa? Dari mana kamu tau nama aku?"
"Aku piring milik keluargamu. Sejak dulu kala, aku sudah berada di sini, menunggu saatnya untuk bertemu dengan kamu."
Semenjak kejadian malam itu, setiap malam Raka akan menemui Diana di dapur. Mereka berbicara tentang banyak hal, termasuk rahasia yang disimpan Diana selama berabad-abad sebagai piring porselen.
"Aku bukan piring biasa," ujar Diana suatu malam. "Dahulu, aku adalah seorang putri dari kerajaan jauh. Tapi karena kutukan, aku terperangkap dalam bentuk piring. Hanya cinta sejatilah yang bisa membebaskanku."
"Diana, tapi aku rasa.. Aku rasa aku sudah jatuh cinta sama kamu."
Diana pun tersenyum, "Raka, aku juga merasakan hal itu. Tapi, kita tidak bisa bersama selamanya."
"Apa maksudnya, Diana? Kenapa kita ngga bisa bersama?"
"Aku bukan manusia, Raka. Kutukanku masih berlaku. Aku tak bisa hidup di dunia ini lebih lama, waktuku terbatas."
Raka terdiam, sesungguhnya ia tak ingin kehilangan Diana, namun ia tak tahu harus berbuat apa.
"Tapi ada satu cara, jika kamu memang mencintaiku, jika kamu bersedia berkorban demi aku, mungkin.. aku bisa terbebas dari kutukan ini." lanjut Diana.
"Apapun yang harus aku lakukan, aku akan mencobanya, Diana."
Waktu berlalu, Raka menyiapkan segalanya sesuai petunjuk Diana. Akhirnya malam purnama yang dinanti telah tiba, Raka berdiri di bawah sinar bulan bersama Diana yang berwujud piring porselen.
Piring itupun bersuara, "Kamu harus memecahkan piring ini! Tapi ingat, ini sangat menyakitkan bagiku. Jika berhasil, aku akan terbebas dari kutukan ini dan bisa hidup sebagai manusia selamanya."
Raka memandang piring itu, tangannya gemetar. Ia takut akan menyakiti Diana. "Apa kamu yakin ini satu-satunya jalan?"
"Ya, Raka. Kamu harus melakukannya, demi kita berdua."
Dengan berat hati, Raka mengangkat piring itu dan mengayunkan tangannya. Saat piring itu pecah, terdengar suara jeritan halus dari dalamnya. Raka memejamkan mata, menahan rasa sakit yang merasuk ke hatinya. Ia merasa seperti telah menghancurkan sesuatu yang sangat berharga.
Namun, ketika ia membuka matanya kembali, Diana sudah berdiri di hadapannya, utuh dan lebih cantik dari sebelumnya. Kutukan itu telah terangkat. Kini, Diana adalah seorang gadis sungguhan, bukan lagi piring porselen yang terkutuk.
"Diana!" Raka berseru, matanya dipenuhi air mata kebahagiaan.
"Aku bebas, Raka. Aku bebas karena cinta sejati kita. Dan sekarang, kita bisa bersama selamanya."
Malam itu, di bawah sinar bulan yang terang, Raka dan Diana berjanji untuk tidak akan berpisah. Namun di sudut dapur sana, pecahan piring porselen itu tetap tergeletak, menjadi saksi bisu akan kutukan yang telah terangkat dan cinta sejati yang telah menyelamatkan Diana.
Mereka hidup bahagia selamanya, bersama cinta yang tak kan pernah luntur dan tak terbelenggu oleh kutukan apapun.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H