"Ya, Raka. Kamu harus melakukannya, demi kita berdua."
Dengan berat hati, Raka mengangkat piring itu dan mengayunkan tangannya. Saat piring itu pecah, terdengar suara jeritan halus dari dalamnya. Raka memejamkan mata, menahan rasa sakit yang merasuk ke hatinya. Ia merasa seperti telah menghancurkan sesuatu yang sangat berharga.
Namun, ketika ia membuka matanya kembali, Diana sudah berdiri di hadapannya, utuh dan lebih cantik dari sebelumnya. Kutukan itu telah terangkat. Kini, Diana adalah seorang gadis sungguhan, bukan lagi piring porselen yang terkutuk.
"Diana!" Raka berseru, matanya dipenuhi air mata kebahagiaan.
"Aku bebas, Raka. Aku bebas karena cinta sejati kita. Dan sekarang, kita bisa bersama selamanya."
Malam itu, di bawah sinar bulan yang terang, Raka dan Diana berjanji untuk tidak akan berpisah. Namun di sudut dapur sana, pecahan piring porselen itu tetap tergeletak, menjadi saksi bisu akan kutukan yang telah terangkat dan cinta sejati yang telah menyelamatkan Diana.
Mereka hidup bahagia selamanya, bersama cinta yang tak kan pernah luntur dan tak terbelenggu oleh kutukan apapun.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H