Clara menoleh dan terkejut, tapi kemudian ia tersenyum. "Oh, hai. Apa kau tinggal di wilayah ini?"
Marco mendekat dan duduk di dekatnya, meski hatinya berdegup kencang. "Tidak, aku hanya sedang mencari udara segar di sini. Tampaknya, kau yang sering lewat di pinggir taman kota. Apa itu benar?"
Clara mengangguk sambil tersenyum. "Iya, kau benar. Aku selalu mencari bunga liar. Aku juga sedang mencarinya di sini."
"Aku memang sering melihatmu membawa keranjang bunga. Lantas jika aku boleh tau, untuk apa bunga-bunga itu?"
"Oh, aku menjualnya di pasar. Bunga-bunga itu membantuku dan nenek untuk melanjutkan hidup. Kami tinggal di wilayah barat, dan inilah salah satu cara kami untuk bertahan."
Berminggu-minggu telah terlewati, Marco dan Clara juga sudah beberapa kali bertemu lagi. Suatu sore saat mereka duduk di bawah pohon besar di pinggiran hutan, Clara tampak sedikit murung. "Kau terlihat tidak seperti biasanya. Adakah sesuatu yang mengganggumu?"
"Ya. Sebenarnya.. nenekku sakit. Sudah beberapa hari, nenek tidak bisa bangun dari tempat tidurnya."
"Ah, jadi.. apa yang bisa ku bantu untukmu, Clara? Apa kau sudah memanggil tabib?"
"Sudah. Tapi dia bilang, nenekku hanya butuh banyak istirahat dan meminum obat dari tanaman herbal dari hutan. Sayangnya, aku tidak tau di mana bisa menemukannya."
Marco terdiam sejenak. Ia tahu bahwa beberapa hewan di hutan pasti bisa membantunya menemukan herbal yang dibutuhkan Clara. Namun, itu berarti ia harus mengungkapkan kemampuannya pada Clara. "Jika aku bisa membantumu menemukan tanaman herbal itu, apa kau akan percaya padaku?"
"Apa maksudmu, Marco?"