Gadis berambut pirang dengan mata cokelat itu bernama Seri. Ia melewati sebagian masa kecilnya di wilayah barat daya kota, sekitar 2 kilometer dari perkebunan anggur yang kini menjadi milik pemerintah.
Kedua orang tuanya adalah pekerja harian di perkebunan anggur. Namun, keduanya tewas dalam sebuah bencana alam yang sempat melanda perkebunan. Sejak saat itu, Seri diasuh oleh seorang bibinya yang tidak pernah menikah. Beliau adalah Bibi Matilda.
Karena beliau harus melanjutkan pekerjaannya di kediaman seorang Duke yang tersohor di negerinya, maka beliau pun membawa Seri ikut pergi bersamanya.
Duke Eduardo dan istrinya, dikenal begitu dermawan. Dengan tulus mereka menerima kehadiran Seri kecil yang masih berusia delapan tahun, untuk tinggal di kediaman mereka.
Semenjak kehadiran Seri di sana, suasana kediaman keluarga Del Castano semakin berwarna. Seri kerap menjadi teman bagi Nivea, yang merupakan putri semata wayang dari Duke Eduardo dan Duchess Elvira.
Sang Duchess pun telah memberikan banyak perhatiannya kepada Seri. Meski begitu, Bibi Matilda tak pernah berhenti untuk selalu mengingatkan Seri bahwa ia harus tetap memahami batasan.
Bibi Matilda mendidik Seri tumbuh menjadi pribadi yang lembut, dan penuh kasih sayang. Gadis itu selalu menghormati keluarga Del Castano sebagaimana layaknya mereka patut dihormati. Meski tumbuh bersama Nivea, Seri memahami bahwa dirinya bukanlah bagian dari mereka.
Hari itu hujan badai melanda, Bibi Matilda menghembuskan nafas terakhir di kamarnya, di satu sudut ruang dalam kediaman keluarga Del Castano. Setelah berhari-hari menderita sakit, akhirnya beliau pergi untuk selamanya, meninggalkan Seri yang telah berusia lima belas tahun.
"Duke Eduardo, Saya sangat berterima kasih kepada Anda sekeluarga. Tanpa bantuan kalian, entah bagaimana Saya bisa mengurus pemakaman Bibi Matilda."
"Sudahlah Seri, kalian sudah seperti keluarga bagi kami. Kau tak perlu bersusah hati."
Duchess Elvira juga menambahkan kalimat suaminya. "Ya, itu benar Seri. Bibimu telah pergi dengan hati yang lapang."
"Lalu, apakah.. mulai sekarang Saya boleh mengambil satu tanggung jawab di rumah ini? Hmm, maksud Saya.. Bagaimana jika Saya melakukan pekerjaan Bibi Matilda?"
"Ah, tidak tidak!" jawab Nivea sambil mengibaskan tangannya. "Kau bisa menjadi pelayan pribadiku."
"Ya, itu ide yang bagus! Aku setuju." timpal Duchess Elvira. "Bagaimana, Eduardo? Apa kau setuju?"
"Hmm, baiklah! Tapi, apa kau bersedia untuk itu, Seri?"
Seri mengangguk, "Tentu, Tuan! Tentu dengan senang hati Saya bersedia melayani Nona Nivea." dengan senyuman tulus Seri menutup kalimatnya.
Seri melalui hari-harinya yang baru dengan penuh sukacita. Ia melakukan segalanya dengan sempurna, melayani keperluan Nivea dan kerap mendampingi gadis itu bepergian.
Begitu banyak hari yang mereka lewati bersama, ada banyak cerita, tawa dan haru mewarnai masa remaja mereka. Ada ikatan tersendiri, yang lebih dari sekedar pelayan dan nonanya. Mereka bersahabat, dan saling mengasihi.
Seri selalu mengatakan hal-hal yang membuat Nivea merasa lebih tenang, tiap kali Nivea yang keras kepala itu terlibat perdebatan dengan ayahnya.
Dari lubuk hatinya yang terdalam, Seri juga sangat bahagia ketika akhirnya Nivea menikah dengan lelaki pilihannya sendiri. Hari itu, di hari pernikahan Nivea, Seri berdoa di gereja. Di dalam hatinya ia memohon agar kelak dipertemukan dengan belahan jiwanya.
Dan suatu ketika, doa itupun terjawab. Satu hari di musim gugur, siang itu Seri sedang menjaga toko roti milik Nivea, seorang pemuda melangkah masuk dan berhasil mencuri perhatiannya.
"Selamat siang, Nona. Saya..."
"Ah, kau Douglas! Aku sudah menunggumu sejak tadi." ucap David, seorang pekerja di toko itu yang tiba-tiba muncul dari arah dapur dan memotong ucapan pemuda tadi.
David pun memperkenalkan sepupunya yang bernama Douglas itu kepada Seri. Hingga seiring waktu, kedekatan yang tak biasa terjalin di antara Seri dan Douglas, cinta yang suci tumbuh di hati keduanya. Nivea yang akhirnya mengetahui hal itu, tak kalah bahagia dan mendukung hubungan mereka.
Tiga tahun kebersamaan tak terasa, sampai pada saatnya Seri dan Douglas memutuskan untuk menikah. Seri telah menemukan kebahagiaan sejatinya, dan baginya, Douglas adalah cinta pertama sekaligus yang terakhir dalam hidupnya.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H