"Ya, aku mencintaimu, Siera. Namun aku tidak tau bagaimana harus menghadapi Elisa. Aku tak ingin menyakiti hati siapapun."
Mereka pun menemui Elisa, Siera berbicara dengan tegas. "Elisa, Ruby dan aku saling mencintai. Bisakah kau mengerti hal itu?"
Elisa tersenyum, "Aku hanya ingin melihat Ruby bahagia. Jika kalian bersatu, aku tidak akan menghalangi."
"Terima kasih," jawab Siera sedikit lega.
Namun, beberapa hari kemudian keadaan menjadi rumit. Elisa mulai menggunakan kekuatannya untuk menarik perhatian Ruby, menciptakan badai petir yang mengagumkan.
Siera duduk di puncak gunung, memandangi langit berbintang. Angin lembut berbisik di telinganya, seolah menghiburnya.
Di bawah sana, Ruby dan Elisa sedang berbincang. Siera mengamati mereka hingga tanpa disadari, Siera melupakan kekuatannya. Dia tidak bisa mengendalikan angin yang tiba-tiba berhembus kencang, menciptakan badai di sekitarnya.
"Ruby! Siera harus kembali!" teriak Elisa saat melihat cuaca berubah.
Ruby terbang ke arah badai. "Siera! Kembali!"
Siera, terjebak dalam kemarahan angin. Namun, dia dapat melihat Ruby berjuang melawan angin.
"Siera, tolong! Kembalilah!" teriak Ruby.