Irma terdiam, gemuruh di hatinya meronta. Ia tak menyangka Dika akan mengatakan hal itu.
"Gue tau ini sulit, tapi gue harap lo bisa ngerti perasaan gue." lanjut Dika.
Irma menatap Dika dalam-dalam, "Thanks Dik! Makasih buat perasaan itu. Tapi....."
Sebuah teriakan menghentikan kalimat yang hendak diucapkan Irma. Mereka semua pun berlari menuju sumber suara hingga akhirnya mereka menemukan Rama yang terluka di bagian kepalanya.
"Rama!" teriak Irma menyaksikan Rama yang tidak sadarkan diri.
Irma, Dika dan beberapa teman lain membawa Rama ke rumah sakit. Selama perjalanan, Irma terus menggenggam tangan Rama dan berharap agar Rama baik-baik saja.
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Rama sadarkan diri ketika Irma sedang berkunjung ke kamarnya.
"Makasih Ir, pasti lo dan yang lain jadi repot gara-gara gue."
"Udah lah Ram, ngga apa-apa. Gue senang lo udah sadar. Tapi sebenarnya, lo ngapain pergi sendiri ke arah sana? Sampai akhirnya lo terluka begini."
Rama menghela nafas, "Sebenarnya.. gue ngejar Maya. Dia ngambek dan mau pulang sendirian."
"Ngambek?" tanya Irma mengernyitkan dahinya.