Pertarungan sengit pun terjadi. Pedang beradu, suara dentingan logam memenuhi udara. Ryn bertarung dengan penuh amarah, tapi Gordon memang petarung yang sungguh berpengalaman. Saat Ryn hampir kehabisan tenaga, tiba-tiba Aera muncul di sampingnya.
"Gunakan jimat itu, Ryn!" bisik Aera.
Ryn mengambil jimat dari kantongnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Cahaya terang memancar dari jimat itu, membutakan pandangan Gordon. Dalam sekejap, Ryn berhasil mengalahkan Gordon dan menahan pedangnya di leher pria itu.
"Lakukanlah, jika itu yang kau inginkan!" ucap Gordon yang seolah telah pasrah.
Sejenak hening menyeruak, Ryn menatap Gordon yang ketakutan, membuat sisi hatinya bergejolak. Di saat itu Aera melangkah mendekat dan meletakkan tangannya di bahu Ryn.
"Balas dendam bukanlah jawaban, Ryn. Biarkan keadilan yang mengambil alih. Kau bisa memilih jalan yang lebih baik." ucap Aera.
Lantas Ryn menurunkan pedangnya. "Aku akan menyerahkanmu kepada Raja Alaric. Biarlah keadilan yang berbicara."
Ryn menggiring Gordon menuju istana Averia, di mana Gordon patut diadili atas kejahatannya. Raja Alaric pun memuji Ryn atas kebijaksanaannya.
"Kau telah menunjukkan kebesaran hati, Ryn. Keputusanmu untuk tidak membunuh Gordon menunjukkan bahwa kau lebih baik daripada dia." ucap sang raja.
Gordon dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Sementara Ryn merasa beban di hatinya mulai memudar. Ia menyadari bahwa dengan tidak membiarkan amarah menguasai dirinya, ia telah menemukan kedamaian.
Beberapa bulan berikutnya, Ryn sudah kembali berada di desanya. Ia memutuskan untuk melanjutkan hidupnya sebagai pandai besi, namun kali ini dengan tujuan yang berbeda. Ia menggunakan keahliannya untuk membantu orang-orang di desanya membuat peralatan yang berguna, dan membantu mereka yang membutuhkan.