Luna ialah gadis yang gemar sekali menonton film, terutama film superhero. Hari itu sepulang sekolah, ia memutuskan untuk menonton ulang salah satu film favoritnya, "Spiderman: Into the Spider-Verse". Dengan sebotol soda dan beberapa bungkus snack, Luna duduk manis di depan televisi.
Tapi tak diduga, saat adegan di mana Miles Morales pertama kali mengenakan kostumnya, layar televisi berpendar dan mulai memancarkan kilaunya.
Secepat kilat Luna tersedot ke dalam layar. Ketika ia membuka matanya, ia mendapati dirinya berada di tengah-tengah kota New York yang asing, namun cukup familiar. Ia menyadari bahwa dirinya telah masuk ke dalam dunia film Spider-Man.
Luna melihat sekelilingnya dengan mata terbelalak. "Apa ini nyata?" tanyanya pada dirinya sendiri.
Di kejauhan, ia melihat seseorang yang sangat ia kenal, Miles Morales sedang berayun di antara gedung-gedung tinggi dengan lincahnya.
"Miles, tunggu!" teriak Luna spontan, tanpa berpikir apapun ia berteriak dalam bahasa Indonesia.
Miles yang mendengar suara itu, berhenti di atas sebuah gedung dan melihat ke bawah. Ia heran melihat seorang gadis yang sepertinya bukan berasal dari dunianya.
"Kamu siapa?" sambil melompat turun dengan anggun, tak disangka Miles mampu berbahasa Indonesia dengan fasih.
"Namaku Luna. Aku... aku tidak tau bagaimana bisa aku ada di sini. Tadi aku sedang menonton filmmu, tapi tiba-tiba aku sudah ada di sini."
"Hmm, aneh.. Tapi, mungkin ini bukan satu-satunya hal aneh yang pernah ku dengar. Ayo kita cari tau bersama!"
Lantas mereka melangkah beriringan menuju markas Spiderman, di mana mereka dapat bertemu dengan Peter Parker, Spiderman dari dimensi lain yang juga berada di dunia Miles.
"Siapa teman barumu ini, Miles?" tanya Peter bernada curiga.
"Ini Luna. Dia berasal dari.. entahlah, dari dunia yang berbeda. Dia datang ke sini melalui film kita."
Peter mengelus dagunya, memikirkan kemungkinan yang terjadi. "Mungkin ada sesuatu yang salah dengan alat multiverse kita? Kita harus memeriksanya!"
Mereka bertiga menuju laboratorium tempat alat-alat canggih disimpan. Peter mengutak-atik beberapa perangkat, mencoba mencari tahu penyebab masalah tersebut. Sementara itu, Luna tampak kagum karena bertemu langsung dengan para pahlawan idolanya.
"Aku tidak percaya aku benar-benar di sini. Kalian semua adalah inspirasiku."
Miles tersenyum. "Terima kasih, Luna. Kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan."
Tak lama kemudian Peter menemukan masalahnya, ada ketidakstabilan di dalam multiverse yang menyebabkan portal antar dimensi terbuka secara acak. "Kita harus menstabilkan ini secepatnya, atau lebih banyak orang seperti Luna akan tersedot ke sini."
Luna semakin takjub berada di antara kedua superhero itu. Dengan kemampuan teknologi yang dimiliki Peter dan keberanian Miles, mereka bekerja sama untuk memperbaiki alat tersebut. Setelah beberapa jam bekerja keras, akhirnya mereka berhasil menstabilkan multiverse.
"Baik Luna, sekarang kita bisa mengembalikanmu ke duniamu."
"Terima kasih, Peter.. Miles.. Aku tidak akan pernah melupakan pengalaman ini."
"Kami tidak akan melupakanmu, Luna. Jagalah dirimu!"
Dengan hati yang berat namun penuh dengan rasa syukur, Luna melangkah ke portal yang telah diperbaiki. Cahaya benderang mengelilinginya, dalam sekejap Luna kembali berada di kamarnya, dan televisi di depannya menampilkan adegan Spiderman yang masih berlangsung.
Luna menghela napas lega, "Apa yang baru saja terjadi?"Â gumamnya. Namun satu hal yang pasti, pengalaman tersebut membuatnya semakin yakin bahwa tidak ada yang mustahil untuk dapat terjadi di dunia ini.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H