Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Luka yang Terkuak

29 Mei 2024   09:15 Diperbarui: 29 Mei 2024   09:22 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : pexels.com

Vania mendapat tugas dari kantornya ke Surabaya. Ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikannya di sana selama dua minggu ke depan.

"Kek, lusa Vania berangkat ke Surabaya. Ada kerjaan di sana. Kakek udah sembuh kan?" tanya Vania melalui sambungan telepon malam itu.

"Udah, kakek udah sehat kok. Kamu lama di sana Van?"

"Hmm, dua minggu lah kira-kira."

"Kalau ada waktu tolong sempatkan main ke rumah teman kakek ya! Itu lho, si Jodhi. Nanti kakek sms alamatnya."

Lantas gadis itu mengiyakan perintah sang kakek. Tak ada salahnya untuk menyambung tali silaturahmi, pikirnya.

***
Sudah lima hari ini Vania di Surabaya. Karena kesibukannya di kantor cabang, maka baru hari ini ia punya waktu luang untuk bersilaturahmi ke rumah Kakek Jodhi yang berada di Jalan Ikan Dorang.

Dari mess karyawan yang ada di Jalan Diponegoro, gadis itu memilih menumpang ojek online agar lebih praktis. Sembari berbincang dengan bapak ojeknya, tak terasa Vania sudah sampai di tujuan.

Tampak sepasang kakek nenek mengintip dari celah pagar kayu. Dengan malu-malu Vania menghampiri keduanya untuk memperkenalkan diri. Tak lama, mereka pun masuk dan berbincang di dalam.

"Ayune... sudah dewasa kamu nduk. Lama sekali kami ndak ke Jakarta. Dulu kamu masih kecil, dibawa-bawa jalan sama eyangmu."

"Ayo nduk, diminum tehnya! Dicoba kuenya." timpal Nek Fitri.

Tentu saja tuan rumah sangat berharap Vania mau menginap di rumah mereka. Apalagi mereka jarang kedatangan tamu dari jauh. Setelah berbincang panjang lebar seharian, Vania merasa sangat akrab dan nyaman sehingga ia bersedia untuk menginap. Lagi pula besok hari Minggu, pikirnya.

Malam pun berlalu, Minggu pagi langit menyapa dengan membawa sebuah kejutan untuk Vania. Seorang lelaki dengan tas ransel besar di pundaknya mengucap salam di ambang pintu.

"Raka!"

Tak hanya Vania yang hampir mati berdiri, lelaki itu juga tak kalah terkejut mendapati Vania berada di rumah kakeknya.

"Kamu Van? Kamu kok bisa di sini?"

Kehadiran Nek Fitri dari arah dapur memotong percakapan keduanya. Nek Fitri pun terkejut sekaligus senang atas kedatangan Raka dari Jakarta, yang tiba-tiba tanpa mengabari sebelumnya. Sementara Vania, ia justru menghindar ke dalam kamar dan menangis meluapkan luka hatinya yang kembali terkuak di depan mata.

"Van.. sini nduk, ngobrol sama-sama di depan." terdengar lembutnya suara kakek Jodhi memanggil di depan pintu kamar.

Vania mengusap air matanya dan berusaha mengatur wajahnya untuk ke luar dari kamar. Ia lantas menyusul keberadaan beliau.

"Ternyata kalian sudah saling kenal, to? Raka ini lagi cuti, Van. Nanti jalan-jalan saja sama Raka."

Vania membulatkan kedua matanya, mendengar ucapan tersebut. Ia dan Raka saling menatap, tersirat sisa kebencian di mata Vania yang membuat Raka kembali merasa bersalah.

Sesungguhnya cinta itu masih tersimpan dalam relung hati Vania. Tapi ia tak dapat berbuat apa-apa sejak Raka menjauh darinya tanpa alasan yang jelas. Dan setelah bertahun-tahun tak berjumpa, baru kali ini mereka dipertemukan kembali.

Malam ini keduanya berdamai dengan takdir dan bersama menyusuri keindahan di sepanjang Taman Bungkul.

"Ngga seharusnya aku jalan sama suami orang." ucap Vania bernada sinis.

"Van, aku minta maaf."

"Udah lah, Ka. Semua udah lewat. Aku yang salah karna terlalu berharap sama kamu."

Lelaki itu tak dapat berkata apapun. Dalam diamnya ia menyadari kebodohan dirinya di masa lalu yang kerap bermain dengan hati setiap gadis. Kini ia menyesal telah menyakiti dan mengabaikan gadis sebaik Vania.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun