Ibunya tak salah memberi nama, karakter Awan dalam sebuah buku tafsir nama anak menunjukkan hasil bahwa gadis dengan nama Awanda cenderung dapat memimpin dengan berwibawa, selalu mencari petualangan dan memiliki sifat mandiri.
Meski telah memiliki karir gemilang, Awan tetap tidak berubah. Ia terlalu mandiri, di usianya yang kini genap 36 tahun, ia belum ingin menikah. Tapi Awan sudah pernah tiga kali berpacaran, dan yang pasti mantan-mantan pacarnya itu tidak ganteng sama sekali. Karena Awan selalu menghindari cowok ganteng.
Rekan-rekan kerjanya sampai hafal kata-kata yang sering diucapkan Awan, "Di cabang saya ngga butuh staf yang good looking, yang penting itu orangnya pintar dan gampang diajarin."
Pernah suatu saat, dua staf di bagian customer service dan satu staf di bagian teller terpaksa dimutasi ke cabang lain karena sering membuat Awan mimisan. Penyakit anehnya ini, cukup membuat repot banyak orang. Tapi hari ini, Awan tak bisa lolos lagi. Sebab takdir akan mempertemukannya dengan sang jodoh.
Dari arah dalam, wanita itu melangkah menuju pintu utama bank tempatnya bekerja. Karena berjalan menunduk, ia bertabrakan dengan seorang nasabah. Hal itu spontan membuatnya mendongak, menatap wajah lelaki di hadapannya.
Dalam hitungan detik, Awan mimisan. Ia termangu, terdiam tak menyadari darah yang mengalir dari hidungnya. Kedua matanya tak berkedip, terkesima menatap wajah lelaki itu.
"Darah, Kak!"
Awan mengedipkan matanya dan mendongak, ia bersiap memutar tubuhnya. Namun lelaki itu keburu mencekal pergelangan tangannya.
"Tunggu! Aku ngga akan lepasin kamu lagi."
Tentu saja ucapan lelaki itu membuat Awan terkejut. Awan berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari genggaman Rendy, ia lalu merogoh ke dalam saku celananya untuk meraih selembar tisu, menyeka mimisannya.
"Ngga akan lepasin? Maksudnya?"