Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Awan yang Kesepian

13 Mei 2024   05:53 Diperbarui: 13 Mei 2024   05:59 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : pexels.com

Awan yang ini bukan awan yang ada di langit, melainkan nama dari seorang gadis. Awanda Prameswari, siswi kelas 2 SMA yang punya banyak idola. Bukan karena dirinya cantik, tapi teman-teman dan para guru mengidolakan Awan karena kecerdasannya.

Meski diidolakan banyak orang, Awan tetaplah Awan yang selalu kesepian. Gadis itu kurang pandai bergaul, ia lebih sering terlihat seorang diri di luar jam pelajaran.

Satu hal yang menarik dari Awan, ia selalu mimisan tiap kali bertemu dengan cowok ganteng. Memang, ganteng itu relatif. Tapi ganteng versi Awan, hanya dirinya sendiri dan Tuhan yang tahu.

Dan bagi Awan, jumlah cowok ganteng di sekolahnya masih bisa dihitung dengan jari. Salah satunya Rendy, anak basket yang tingginya hampir menyentuh tinggi pintu kelas. Rendy, sosok adik kelas yang menjadi rahasia dalam hati Awan.

"Kak Awan!" teriak Rendy pagi itu di lorong sekolah sembari melambaikan tangannya.

"Alamaakk, mau apa tuh anak manggil gue?!" Awan bertanya pada dirinya sendiri, ia mulai mendongakkan kepalanya, berusaha menahan kentalnya darah yang mulai mengalir dari hidungnya.

Sementara langkah Rendy sudah semakin dekat, dan berhenti dua langkah di depan Awan. "Eh, Kakak mimisan lagi?"

Bukannya menjawab, Awan justru membalikkan tubuhnya dan berlari menjauh. Gadis itu meninggalkan Rendy tanpa tahu apa yang ingin disampaikan oleh lelaki itu.

"Perasaan tiap ketemu gue, kak Awan mimisan mulu.. Apa dosa gue ya?!" gerutu Rendy pada dirinya sendiri.

Bertahun-tahun berlalu, Awanda Prameswari telah berhasil menduduki jabatan Kepala Cabang pada sebuah bank ternama.

Ibunya tak salah memberi nama, karakter Awan dalam sebuah buku tafsir nama anak menunjukkan hasil bahwa gadis dengan nama Awanda cenderung dapat memimpin dengan berwibawa, selalu mencari petualangan dan memiliki sifat mandiri.

Meski telah memiliki karir gemilang, Awan tetap tidak berubah. Ia terlalu mandiri, di usianya yang kini genap 36 tahun, ia belum ingin menikah. Tapi Awan sudah pernah tiga kali berpacaran, dan yang pasti mantan-mantan pacarnya itu tidak ganteng sama sekali. Karena Awan selalu menghindari cowok ganteng.

Rekan-rekan kerjanya sampai hafal kata-kata yang sering diucapkan Awan, "Di cabang saya ngga butuh staf yang good looking, yang penting itu orangnya pintar dan gampang diajarin."

Pernah suatu saat, dua staf di bagian customer service dan satu staf di bagian teller terpaksa dimutasi ke cabang lain karena sering membuat Awan mimisan. Penyakit anehnya ini, cukup membuat repot banyak orang. Tapi hari ini, Awan tak bisa lolos lagi. Sebab takdir akan mempertemukannya dengan sang jodoh.

Dari arah dalam, wanita itu melangkah menuju pintu utama bank tempatnya bekerja. Karena berjalan menunduk, ia bertabrakan dengan seorang nasabah. Hal itu spontan membuatnya mendongak, menatap wajah lelaki di hadapannya.

Dalam hitungan detik, Awan mimisan. Ia termangu, terdiam tak menyadari darah yang mengalir dari hidungnya. Kedua matanya tak berkedip, terkesima menatap wajah lelaki itu.

"Darah, Kak!"

Awan mengedipkan matanya dan mendongak, ia bersiap memutar tubuhnya. Namun lelaki itu keburu mencekal pergelangan tangannya.

"Tunggu! Aku ngga akan lepasin kamu lagi."

Tentu saja ucapan lelaki itu membuat Awan terkejut. Awan berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari genggaman Rendy, ia lalu merogoh ke dalam saku celananya untuk meraih selembar tisu, menyeka mimisannya.

"Ngga akan lepasin? Maksudnya?"

"Aku seneng banget lho, waktu berhasil nemuin kamu di sosmed. Tapi selama ini kamu selalu menghindar tiap kali diajak ketemu. Padahal aku mau bilang kalau... aku suka kamu, Kak! Kamu mau ngga, jadi....."

"Pacar kamu?"

"Bukan pacar, tapi... istri aku."

"Hah? Lo waras, Ren?" seraya membalikkan tubuhnya, Awan beranjak pergi. Rendy pun akan terus membuntuti sampai mendapat jawaban yang sesuai harapannya. Dan tampaknya Awan tak kan sanggup menolak cinta lamanya yang sudah di depan mata, meski mungkin ia bisa mimisan seumur hidup jika hidupnya berdampingan dengan Rendy.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun