Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Kiper Wakabayashi Kekasih Impian

30 April 2024   06:28 Diperbarui: 30 April 2024   06:50 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: aminoapps.com/c/

Untuk ke sekian kalinya Mona hadir dalam resepsi pernikahan temannya. Pada usianya yang ke 24 tahun ini, ia mulai kesepian karena satu persatu temannya telah berlabuh di pelaminan.

Sementara Mona, tentu masih jomblo. Gadis itu tak memiliki hasrat kepada lawan jenis. Mona penyuka sesama jenis? Bukan! Kelihatannya saja jomblo, padahal ia merasa dan mengaku bahwa dirinya memiliki kekasih.

Genzo Wakabayashi, kiper handal dari tim Nankatsu itu, telah membuatnya tergila-gila sekian lama. Tak disangka pertemuan pertamanya dengan Wakabayashi dalam serial Captain Tsubasa, telah menyisakan kekaguman yang begitu mendalam terhadap sosok kiper dua dimensi itu.

"Oh Wakabayashi, kalau bukan karena cidera, pasti kamu tetap jadi kapten Nankatsu. Tapi tenang, kamu akan selalu jadi kapten di hatiku!" gumam Mona memandangi poster besar pujaan hatinya di dalam kamar.

"Mon, kenapa? Pulang kondangan galau gitu?" sergah sang kakak yang tetiba muncul di sampingnya.

Mona menghela nafas, "Coba Wakabayashi ada di samping gue sekarang, pasti senang rasanya bisa jalan bareng dia."

"Ngga bisa terus kayak gini, Mon! Berkali-kali gue ajak lo ke psikolog, tapi lo ngga pernah mau. Lo itu sakit! Ada yang ngga beres sama lo. Ayolah! Hidup lo itu di dunia nyata, lo harus punya pacar yang nyata juga. Bukan dia!" sambil menunjuk poster di hadapan mereka.

Malam ini kedua mata Mona begitu sulit dipejamkan. Gadis itu gelisah, ia terus memikirkan ucapan kakaknya tadi sore. Apa benar dirinya sakit? Mona sangat sedih karena dianggap sakit oleh kakaknya, atau bahkan oleh semua orang yang mengetahui bahwa dirinya tergila-gila pada kiper itu.

Sedihnya bukan hanya karena itu, tapi Mona juga merasa bahwa semua orang kompak menentang cintanya pada Wakabayashi. Dengan menitihkan air mata, ia pandangi posternya kembali.

Satu minggu berselang, akhirnya Mona telah memutuskan untuk menerima ajakan sang kakak menemui psikolog. Tentu keputusannya ini mengejutkan dan sekaligus membuat papa mamanya turut senang.

Setelah berkonsultasi, psikolog yang menangani kasus Mona menjelaskan bahwa Mona mengalami sebuah penyimpangan, namun hal itu tak bisa dikatakan sebagai gangguan mental. Meski begitu juga dapat dikatakan bahwa Mona menderita penyakit yang disebut Nijikon.

"Hah? Nijikon itu apa, Bu?" tanya Mona mengeryitkan dahi.

"Singkatan dari Nijigen Kompurekkusu atau kompleks dua dimensi. Itu istilah Jepang untuk orang yang hanya tertarik dengan wujud dua dimensi. Ya seperti Mba Mona ini, terobsesi dengan tokoh kartun."

Karena pikiran Mona selama ini yang dianggap tidak rasional, maka untuk dapat kembali normal ia harus menjalani terapi yang disebut Cognitive Behavioral Therapy. Dan berkat dukungan dari anggota keluarganya, syukurlah Mona bersedia untuk mulai menjalani terapi tersebut.

Kini dua tahun telah berlalu, terapi yang dijalani Mona ternyata tak semudah yang dibayangkan. Betapa penuh perjuangan dan pengorbanan untuk konsisten melakukannya. Mona baru benar-benar dinyatakan sembuh setelah satu tahun mengikuti banyak sesi, dalam serangkaian prosedur terapi itu.

Gadis itu bahagia terlepas dari belenggu obsesinya. Ia bukan cuma berhasil melupakan sosok kiper dua dimensi itu, lebih daripada itu Mona yang sekarang telah memiliki kekasih sungguhan. Meski lelaki itu bukan kiper handal seperti Genzo Wakabayashi, namun yang pasti lelaki itu siap memberi warna baru dalam kehidupan Mona.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun