"Yang setiap hari kita dengar di mobil."
"Hah? Oalah, itu bacaan Al Qur'an, Mas. Tulisan yang ada dalam Al Qur'an, itu dibacakan sesuai panjang pendek tanda bacanya. Kayak lagu to, Mas?"
"Oh, iya Pak... Steven kira itu lagu. Kira-kira artinya apa sih Pak?"
"Lho, ya artinya panjang Mas. Saya ngga hafal, hehehe. Mesti lihat dulu Al Qur'an yang ada terjemahan artinya."
"Oh... oke!" jawab Steven yang kala itu masih duduk di kelas 4 SD.
Kini Steven telah berusia 17 tahun, sosok pendonor mata yang didambakannya belum juga ditemukan.
Namun kini, Steven telah berubah menjadi Abdul. Nama Islam yang dipilihnya sendiri saat dirinya memutuskan memeluk Islam pada akhir tahun lalu.
Entah dari mana hidayah itu datang menyapa. Tapi bisa jadi, keingin tahuannya muncul setiap kali ia mendengar lantunan ayat-ayat Al Qur'an.
Tentu bukan hal mudah bagi Steven untuk menerima restu dari keluarganya. Tapi berkat ketulusan dan kesungguhannya, Allah memberi jalan hingga akhirnya keluarga itu dapat menerima keputusan Steven.
Dan kali ini adalah puasa pertama bagi Abdul. Remaja itu sangat bangga dengan nama barunya. Sang ibu bersama asisten rumah tangga, selalu perhatian untuk menyiapkan makan sahur dan takjil untuk Abdul. Begitupun ayah dan kedua kakaknya yang selalu ingat membelikan takjil untuknya.
Tanpa terasa penghujung ramadhan telah tiba. Abdul tidak perlu bersedih karena harus merayakan lebaran seorang diri, keluarganya serta keluarga Pak Emon tengah berkumpul untuk merayakan suka cita di hari kemenangan.