Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Satu Kali Lebaran Abdul

8 April 2024   14:39 Diperbarui: 8 April 2024   14:43 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: depositphotos.com

Steven, si bungsu dari keluarga terpandang di kotanya. Ketika berusia lima tahun ia pernah mengalami kecelakaan bersama eyangnya. Dan sejak itu, ia mengalami kebutaan.

Kondisi inilah yang membuat kedua orang tua Steven selalu memberi penjagaan lebih dibanding kedua kakak perempuannya. Steven harus selalu didampingi saat ia harus bepergian.

Adalah Pak Emon, supir yang setia mendampingi Steven ke manapun ia pergi, terutama di saat sang ibu sedang tak dapat menemani.

Bertahun-tahun Pak Emon mengantarnya bepergian termasuk ke sekolah, Pak Emon sering memutar lantunan ayat suci Al Qur'an dan lagu-lagu religi sepanjang perjalanan mereka ke manapun di dalam mobil.

Bukannya tidak menghargai sang majikan yang non muslim, atau karena Steven masih anak-anak. Sebelum melakukan hal itu, tentu saja Pak Emon sudah meminta izin kepada kedua orang tua Steven.

Mereka pun mempersilahkan saja, selama hal itu dapat membuat Pak Emon merasa betah bekerja dengan mereka.

Tapi tanpa pernah diduga siapapun, kebiasaan baik yang dilakukan Pak Emon selama bertahun-tahun ini, sampai membuat Steven dapat menghafal beberapa surat dalam Al Qur'an.

Meski tak dapat melihat, tentu Steven dapat mendengar dengan baik. Bahkan pendengarannya bekerja luar biasa. Mendengar ayat yang diputar berulang kali hampir setiap hari, ia dapat menghafalnya dengan mudah.

"Pak Emon, tau ngga kalau saya... banyak hafal lho, lagu-lagu Arab yang Pak Emon setel."

"Lagu Arab? Lagu yang mana ya Mas?"

"Yang setiap hari kita dengar di mobil."

"Hah? Oalah, itu bacaan Al Qur'an, Mas. Tulisan yang ada dalam Al Qur'an, itu dibacakan sesuai panjang pendek tanda bacanya. Kayak lagu to, Mas?"

"Oh, iya Pak... Steven kira itu lagu. Kira-kira artinya apa sih Pak?"

"Lho, ya artinya panjang Mas. Saya ngga hafal, hehehe. Mesti lihat dulu Al Qur'an yang ada terjemahan artinya."

"Oh... oke!" jawab Steven yang kala itu masih duduk di kelas 4 SD.

Kini Steven telah berusia 17 tahun, sosok pendonor mata yang didambakannya belum juga ditemukan.

Namun kini, Steven telah berubah menjadi Abdul. Nama Islam yang dipilihnya sendiri saat dirinya memutuskan memeluk Islam pada akhir tahun lalu.

Entah dari mana hidayah itu datang menyapa. Tapi bisa jadi, keingin tahuannya muncul setiap kali ia mendengar lantunan ayat-ayat Al Qur'an.

Tentu bukan hal mudah bagi Steven untuk menerima restu dari keluarganya. Tapi berkat ketulusan dan kesungguhannya, Allah memberi jalan hingga akhirnya keluarga itu dapat menerima keputusan Steven.

Dan kali ini adalah puasa pertama bagi Abdul. Remaja itu sangat bangga dengan nama barunya. Sang ibu bersama asisten rumah tangga, selalu perhatian untuk menyiapkan makan sahur dan takjil untuk Abdul. Begitupun ayah dan kedua kakaknya yang selalu ingat membelikan takjil untuknya.

Tanpa terasa penghujung ramadhan telah tiba. Abdul tidak perlu bersedih karena harus merayakan lebaran seorang diri, keluarganya serta keluarga Pak Emon tengah berkumpul untuk merayakan suka cita di hari kemenangan.

Di hari ke empat setelah lebaran, Abdul meminta Pak Emon untuk mengantarnya menyampaikan paket hadiah ke panti asuhan yang memang cukup jauh ditempuh dari kediamannya.

Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, Abdul dan Pak Emon mengalami kecelakaan beruntun di tol dalam kota. Jika Pak Emon masih dapat diselamatkan, namun Abdul telah berhenti bernafas.

Langkahnya untuk bersedekah telah terhenti. Tapi niatan suci dalam hatinya selalu ada, dibawa pergi bersamanya menuju ke pangkuan Allah. Kepergiannya sungguh menggores luka hati banyak orang. Sosok Abdul yang dermawan akan selalu dikenang dan dirindukan. Tak kan ada lagi lebaran tahun depan untuk Abdul.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun